Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dirjen Bea Cukai Ungkap Penerimaan Naik Signfikan di 3 Tahun Terakhir

Realisasi penerimaan bea dan cukai anggaran 2018-2024. (Dok/Screenshot paparan komisi XI).
Realisasi penerimaan bea dan cukai anggaran 2018-2024. (Dok/Screenshot paparan komisi XI).
Intinya sih...
  • Penerimaan Bea Cukai mengalami tren kenaikan dalam 3 tahun terakhir, mencapai Rp317,8 triliun pada 2022.
  • Impor dan bea masuk juga meningkat seiring dengan intensifikasi cukai yang dilakukan secara harmonis.
  • Harga CPO yang tinggi menyebabkan penerimaan bea keluar naik signifikan, namun harga CPO di 2023 kembali ke level 830 dolar AS per ton sehingga penerimaan bea keluar mengalami penurunan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Bea Cukai Askolani melaporkan kinerja dalam beberapa tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir, penerimaan Bea Cukai mengalami tren kenaikan.

"Dalam 3 tahun terakhir, alhamdulilah penerimaan Bea Cukai meningkat signifikan dibanding 2020. Kita bisa optimalkan mendekati Rp300 triliun dalam 2 tahun terakhir," kata Askolani, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Bersama Komisi XI DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (10/6/2024).

1. Faktor pendorong penerimaan bea cukai 3 tahun terakhir

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Ia menjelaskan capaian penerimaan bea cukai dalam kurun waktu 3 tahun terakhir tidak terlepas dari faktor kenaikan harga komoditas khususnya Curde Palm Oil (CPO) pada periode 2020, 2021 dan 2022. Selain itu, dorongan dari naiknya impor yang cukup tinggi bisa mencapai double digit dalam dua tahun terakhir.

Dalam tiga tahun terakhir, Bea Cukai juga terus melakukan intensifikasi cukai yang dilakukan secara harmonis dan kebijakan ini dilakukan sesuai dengan pelayanan kepabeanan dan cuka. 

"Ini kemudian jadi pemacu pertumbuhan kita naik menuju 3 dan 5 persen pada 2021 dan 2022. Namun di 2023 kegiatan importasi sedikit melambat dan harga CPO alami penurunan dibandingkan 2021 dan 2022," tegas Asko. 

2. Realisasi penerimaan bea cukai 2020-2022

ilustrasi uang dan bunga pinjaman (freepik.com/freepik)
ilustrasi uang dan bunga pinjaman (freepik.com/freepik)

Berdasarkan data yang dipaparkan pada 2020 silam penerimaan Bea Cukai mencapai Rp213 triliun. Kemudian angkanya naik pada 2021 menjadi Rp269,2 triliun dan di 2022 menjadi Rp317,8 triliun. Namun, jumlah tersebut sempat mengalami penurunan pada 2023 lalu di posisi Rp286,3 triliun. 

"Hingga April 2024, penerimaan bea dan cukai tumbuh 1,3 persen (yoy) atau 29,8 persen dari target yang didukung kebijakan hilirisasi, penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) dan MME serta pengawasan yang konsisten," ucap Askolani. 

3. Perlambatan ekonomi global pengaruhi penerimaan bea masuk

ilustrasi ekonomi (IDN Times)
ilustrasi ekonomi (IDN Times)

Sementara itu, dari sisi bea masuk juga mengalami peningkatan di 3 tahun terakhir, meskipun mulai menurun di 2023 disebabkan perlambatan ekonimi di negara-negara maju seperti AS, Eropa dan China yang berlanjut di 2024. 

"Walaupun kita liat importasi di 2023 sudah mius 6,6 persen tapi tarif efektif masih bisa bertahan di 1,3-1,4 persen," ucapnya. 

Rincian realisasi bea masuk kurun waktu 2018-2022

  • 2018: Rp39,1 triliun
  • 2019: Rp37,5 triliun
  • 2020: Rp32,4 triliun
  • 2021: Rp39,1 triliun
  • 2022: Rp51,1 triliun
  • 2023: Rp50,9 triliun 

Nilai impor 

  • 2018: 188,7 miliar dolar AS
  • 2019: Rp171,3 miliar dolar AS
  • 2020: Rp141,6 miliar dolar AS
  • 2021: Rp156,2 miliar dolar AS
  • 2022: Rp237,4 miliar dolar AS
  • 2023: Rp221,9 miliar dolar AS 

4. Penerimaan bea keluar sempat naik signfikan pada 2021-2022

Ilustrasi perkebunan kelapa sawit (IDN Times/Dokumen)
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit (IDN Times/Dokumen)

Sementara dari sisi bea  keluar, harga CPO yang tinggi mencapai 1.100  dolar AS per ton lebih pada periode 2021-2022 menyebabkan penerimaan bea keluar naik signifikan. Namun harga CPO di 2023 kembali ke level 830 dolar AS per ton sehingga penerimaan bea keluar mengalami penurunan. 

"Tapi kemudian kita menjalankan kebijakan hilirisasi sehingga bea keluar tembaga mengalami kenaikan dan ini masih berlanjut di 2024," imbuhnya.

Lalu dari sisi Intensifikasi penerimaan cukai, penerimaannya juga masih naik, walaupun produksi rokok dalam 2 tahun terakhir bertumbuh sedikit negatif di level 3,3 dan 1,8. Askolani mengatakan, kondisi ini akan kita terus terpantau di 2024 sejalan dengan kebijakan multi years yang sudah dilakukan.

"Dan untuk MMEA kita lihat trennya naik pasca COVID-19 tunya pemulihan ekonomi dan wisatawan pasca Covid menyebabkan produksi daripada MMEA naik dan ini menyebabkan sampai 2023 penerimaan dari MMEA naik," kata dia.

Sedangkan itu, pihaknya juga konsisten melakukan tugas trade fasilitator untuk pelayanan ekspor impor. Sampai saat ini jumlah importir mencapai 72.615 dan eksportir 64.588.

"Nilai impornya bisa mencapai 221 miliar dolar AS, atau sekitar Rp1.300 triliun. Kontribusinya kepada PDB kita. Dan nilai ekspor bisa mencapai 258 miliar dolar AS yang bisa mencapai Rp3 ribu triliun sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi kita," paparnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us