Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonomi Negara Maju Mulai Pulih, yang Berkembang Masih 'Merana'

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (dok. Youtube PerekonomianRI)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (dok. Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan pemulihan ekonomi global tak berjalan seimbang. Negara-negara maju di dunia sudah menunjukkan pemulihan, sementara ekonomi negara berkembang masih tertekan dampak pandemik COVID-19.

Adapun pemulihan ekonomi pada negara maju, salah satunya Amerika Serikat (AS) terlihat dari rencana pengurangan stimulus fiskal, moneter, dan sektor keuangan.

"Sementara, negara-negara berkembang masih harus mendorong ekonomi, masih membutuhkan kebijakan stimulus moneter, fiskal, maupun sektor keuangan," kata Perry dalam konferensi pers virtual Presidensi G20 Indonesia, Selasa (14/9/2021).

1. Tapering The Fed jadi bukti pemulihan ekonomi global tak seimbang

Federal Reserve (Website/https://blog.gao.gov/)
Federal Reserve (Website/https://blog.gao.gov/)

Menurut Perry, kondisi pemulihan ekonomi di negara maju, seperti AS dibuktikan dengan rencana Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mengurangi stimulus moneternya, seperti rencana menaikkan suku bunga dan juga mengurangi pembelian obligasi.

"Di kebijakan moneter sejumlah negara maju termasuk Bank Sentral AS sudah merencanakan untuk mengubah kebijakannya yang sering kita sebut Fed Tapering. Demikian juga di negara maju lain," ujar Perry.

2. Negara maju juga berencana mengurangi stimulus kredit

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Tak hanya itu, menurut Perry juga banyak negara maju yang mulai mengurangi stimulus kreditnya. Padahal, stimulus itu masih diperlukan di negara-negara berkembang.

"Negara-negara maju juga sudah merencanakan untuk mengurangi pelonggaran kebijakan di sektor keuangan yang selama ini dilakukan, misalnya pelonggaran pengaturan kredit dan pembiayaan, sementara kita masih membutuhkan," kata dia.

3. Pengurangan stimulus bisa berdampak pada negara berkembang

Menurut Perry, rencana pengurangan kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan di negara-negara maju bisa berdampak negatif pada ekonomi negara berkembang. Oleh karena itu, koordinasi kebijakan moneter, fiskal, dan sektor keuangan ini perlu dibahas dalam pertemuan G20 2022 yang digelar di Indonesia.

Perry mengatakan topik ini sudah dipersiapkan dalam salah satu pertemuan jalur keuangan (finance track) yang mengangkat tema 'Koordinasi mengenai kebijakan moneter dan sektor keuangan untuk mendukung pemulihan ekonomi bersama'.

"Koordinasi di tingkat G20 perlu direncanakan, diperhitungkan, dan dikomunikasikan secara baik. Sehingga bisa pulih bersama untuk mendukung pemulihan ekonomi, dan menghilangkan dampak yang tidak diinginkan pada negara berkembang," ucap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us