Ekonomi RI Kuartal I Tangguh, Ini Indikatornya

Jakarta, IDN Times - Pemerintah mengungkapkan ekonomi Indonesia tetap solid dan tangguh, di tengah ketidakpastian global yang tercermin dari konflik geopolitik di Timur Tengah dan pengetatan kebijakan moneter.
Asisten Deputi Pengembangan Industri Kemenko Perekonomian RI, Eko Harjanto, mengatakan berbagai indikator ekonomi Indonesia tetap solid yang tercermin dari laju ekonomi kuartal I sebesar 5,11 persen year of year (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup solid masih cukup bisa dibanggakan," tegas Eko dalam Seminar Potensi Besar dan Masa Depan Mobil Hidrogen, Kamis (16/5/2024).
1. Surplus neraca dagang terjadi 48 bulan berturut-turut

Selain pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan April pun masih mencatatkan surplus 3,56 miliar dolar AS. Namun, surplus neraca perdagangan pada April lalu menipis, atau turun dari bulan sebelumnya 5,17 persen month on month (MoM).
"Neraca perdagangan kita 48 bulan berturut-turut. Surplus memasuki 2024 kondisi perekonomian nasional justru menunjukkan penguatan dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi kuartal pertama sebesar 5,11 persen year on year merupakan lebih tinggi dari kuartal pertama 2023 yang sebesar 5,04 persen," ucapnya.
2. Inflasi Maret masih terkendali di level 3,05 persen

Kemudian, sisi inflasi hingga Maret juga masih terkendali sebesar 3,05 persen (yoy) atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023, menjadi 106,13 pada Maret 2024.
Sementara, inflasi bulanan terealisasi 0,52 persen.
3. Indikator PMI April tetap ekspansif di level 52,9

Indikator lainnya tercermin dari laju kinerja Purchasing Manufacturing Index (PMI) per April di level 52,9.
Meski angka ini anjlok 1,3 poin jika dibandingkan capaian Maret 2024 yang berada pada level 54,2, tetapi Eko menegaskan, PMI Manufaktur Indonesia tercatat lebih besar ketimbang negara lainnya.
"Dan yang lebih kita cukup berbangga hati adalah PMI manufaktur sebagai salah satu Leading indikator dalam perekonomian juga masih konsisten pada level 52,9 tentunya hal ini lebih tinggi dari Tiongkok sekitar 51,4, Korea Selatan 49,4 dan Malaysia 49 poin," jelas Eko.
Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang ekspansif di kuartal I 2024, salah satunya ditopang sektor industri pengolahan, industri manufaktur yang mampu tumbuh di angka 4,13 persen year on year dengan kontribusi sebesar 19,28 persdn terhadap produk domestik bruto.