Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

ESDM Buka Suara soal Viral Bukaan Lahan di Gunung Slamet

ESDM Buka Suara soal Viral Bukaan Lahan di Gunung Slamet
Lereng Gunung Slamet. (Dok. Kementerian ESDM)
Intinya sih...
  • Kementerian ESDM memastikan bukaan lahan di lereng barat daya Gunung Slamet sudah tidak lagi digunakan untuk aktivitas pertambangan.
  • Vegetasi diklaim kembali tumbuh dan pemulihan berlangsung
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bukaan lahan di lereng barat daya Gunung Slamet, tepatnya di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, sudah tidak lagi digunakan untuk aktivitas pertambangan.

Kepastian itu disampaikan setelah peninjauan lapangan pada 13 Desember 2025 yang dilakukan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Ditjen Gakkum) ESDM. Direktur Jenderal Gakkum ESDM Jeffri Huwae menjelaskan, hasil peninjauan menunjukkan lahan bekas bukaan tersebut tidak digunakan lagi dan mulai ditumbuhi rumput serta tanaman lain yang tumbuh alami.

“Kami juga tidak menemukan tanda-tanda potensi longsor pada bekas bukaan lahan sepanjang 3 km tersebut,” kata Jeffri dalam keterangan tertulis, Senin (22/12/2025).

1. Aktivitas lama eksplorasi panas bumi 2017-2018

ESDM Buka Suara soal Viral Bukaan Lahan di Gunung Slamet
Ilustrasi panas bumi (pixabay.com/longdan91)

Bukaan lahan yang sempat menjadi perhatian publik diketahui merupakan aktivitas lama pada periode 2017-2018 oleh PT Sejahtera Alam Energi (SAE), ketika perusahaan tersebut masih memegang izin pengusahaan panas bumi di wilayah Baturraden dan sekitarnya.

Perhatian publik muncul setelah pengamatan citra Google Maps menampilkan lahan terbuka sepanjang kurang lebih 3 kilometer (km) pada ketinggian 1.300–2.000 meter di atas permukaan laut, sehingga memicu kekhawatiran masyarakat dan dugaan adanya aktivitas ilegal di kawasan hutan lereng Gunung Slamet.

Menindaklanjuti informasi tersebut, Kementerian ESDM melalui Ditjen Gakkum ESDM melakukan penelusuran citra satelit Google Earth berbasis historical imagery dan mencocokkannya dengan data internal Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE).

Hasil penelusuran memastikan pembukaan lahan dilakukan untuk mendukung eksplorasi panas bumi, termasuk pembangunan jalan akses rig, kolam penampungan air pemboran, serta tiga sumur eksplorasi.

2. Infrastruktur dibangun dengan kaidah keteknikan

ESDM Buka Suara soal Viral Bukaan Lahan di Gunung Slamet
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (Freepik.com/freepik)

Pembangunan infrastruktur eksplorasi tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan kaidah keteknikan, antara lain melalui penataan jalan yang teratur, penerapan sistem terasering, serta penggunaan dinding penahan tanah (retaining wall) untuk meminimalkan risiko longsor, dengan lebar jalan sekitar 10 meter.

Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE juga terus mengawal proses reklamasi dan penutupan sumur eksplorasi yang sudah tidak aktif, serta memastikan pemulihan lingkungan berjalan sesuai ketentuan.

“Pemantauan dan pengawasan berkelanjutan juga terus dilakukan terhadap aktivitas panas bumi di kawasan tersebut,” ujar Jeffri.

3. Vegetasi diklaim kembali tumbuh dan pemulihan berlangsung

ESDM Buka Suara soal Viral Bukaan Lahan di Gunung Slamet
Foto satelit kondisi di sekitar kawasan Gunung Slamet yang viral di media sosial diduga akibat tambang ilegal melalui platform Bing Maps. (IDN Times/Dhana Kencana)

Kondisi terkini menunjukkan proses pemulihan lingkungan telah berlangsung. Berdasarkan citra satelit Sentinel-2 pada 30 Mei 2025, area yang sebelumnya terbuka mulai kembali tertutup vegetasi.

Temuan tersebut selaras dengan hasil peninjauan lapangan Ditjen Gakkum ESDM pada 13 Desember 2025 yang mengonfirmasi lahan sudah tidak digunakan dan ditumbuhi vegetasi alami, tanpa indikasi potensi longsor.

Pemerintah mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Slamet untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa, sembari menegaskan komitmen memberikan kepastian informasi, menjaga keselamatan lingkungan, serta merespons setiap kekhawatiran publik secara cepat dan transparan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

4 Faktor yang Menentukan Spread Harga Jual dan Beli Emas

23 Des 2025, 00:20 WIBBusiness