Faisal Basri: Gas Rem Gas Rem, Itu Gak Ada Strategi, Itu Trial Error

Jakarta, IDN Times - Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri, menilai pemerintah saat ini tidak mempunyai strategi untuk menghadapi pandemik COVID-19.
"Gas rem, gas rem, itu artinya gak ada strategi, itu trial dan error. Pokoknya buka dulu, nanti kalau banyak rem. Masyaallah, itu nyawa manusia," kata Faisal di Komisi VI DPR, secara virtual, Senin (31/8/2020).
1. Pemerintah dinilai terlalu fokus mengejar pertumbuhan ekonomi

Menurutnya, selama ini pemerintah terlalu fokus mengejar pertumbuhan ekonomi dibanding menangani pandemik COVID-19 dari aspek kesehatan.
Dia menyoroti struktur Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Menurut Faisal, hanya ada satu unsur kesehatan yang ditangani oleh Kementerian Kesehatan.
"Kalau dulu gugus tugas di bawah presiden sekarang di bawah menteri BUMN. Betul-betul penanganan virus ini lebih ke arah ekonomi, dan narasinya yang selalu disampaikan oleh ketua pelaksana adalah sekarang nunggu vaksin. Jadi sebelum vaksin datang, kita tidak tahu apa yang dilakukan pemerintah, tidak ada strategi," ujar dia.
2. Indonesia menjadi negara dengan reputasi penanganan COVID-19 terburuk

Dia mengatakan, Indonesia menjadi negara dengan reputasi penanganan COVID-19 terburuk ke empat di dunia. Hal itu menyebabkan Indonesia masuk dalam daftar hitam negara-negara yang telah sukses menurunkan kurva COVID-19.
"Semua ekonom yang saya tahu bilang tangani kesehatan dulu, tidak mungkin (ekonomi dulu). Karena dampaknya kayak sekarang, banyak kantor yang ditutup," ucapnya.
3. Pertumbuhan ekonomi dinilai akan minus 3,8 persen pada tahun ini

Terkait ekonomi, Faisal memproyeksikan pada akhir 2020 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai minus 3,8 persen. Hal itu akan terjadi, jika Indonesia tidak bisa menangkal gelombang kedua (second wave) penyebaran COVID-19.
Bahkan Faisal sependapat dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang diramal oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD), yang memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi berpotensi terkontraksi hingga akhir 2020.
"Kita jangan bicara pemulihan ekonomi dulu, ini pemulihan ekonomi akan semakin lama. Nah itu yang disebut second wave atau double punch. Saya sependapat dengan OECD yang meramal ekonomi kita akan minus 3,8 persen pada tahun ini," kata Faisal Basri.