Ford PHK Ratusan Pekerja di Afsel imbas Kebijakan Pajak di Inggris

- Ford Motors memecat hampir 500 pekerja di Pretoria dan Gqeberha, Afsel.
- Kebijakan fiskal Inggris menyebabkan penurunan penjualan Ford di Afsel.
- Lebih dari 1.000 bisnis di Afsel tutup pada 2025, menyebabkan penurunan pekerjaan formal hingga 229 ribu.
Jakarta, IDN Times - Perusahaan otomotif raksasa asal Amerika Serikat (AS), Ford Motors mengumumkan pengurangan operasional pabrik di Afrika Selatan (Afsel) pada Kamis (2/10/2025). Langkah ini dilakukan sebagai dampak dari penurunan ekspor ke luar negeri.
Dalam beberapa bulan terakhir, industri Afsel terancam imbas ketetapan tarif resiprokal dari AS sebesar 35 persen. Pretoria sudah mengupayakan perdagangan antarnegara di Afrika dan menggenjot ekspor ke Asia untuk menggantikan pasar ekspor AS.
1. Pecat hampir 500 pekerja di Pretoria dan Gqeberha
Ford mengatakan akan mengurangi jumlah pekerja hingga 474 pekerja di Afsel. Pekerja tersebut berasal dari pabrik Silverton di Pretoria dan Struandale di Gqeberha yang berfungsi untuk memproduksi mesin kendaraan.
“Kami menyesali adanya penyesuaian dalam sistem bisnis ini akan menghasilkan sebuah pengurangan posisi pekerjaan di kedua pabrik tersebut. Kami paham dampak ini terhadap nilai pekerja dan kami berkomitmen dalam mendukung semua yang terdampak,” terangnya, dikutip dari Business Insider Africa.
Persatuan Dagang Afsel mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan keputusan Ford ini. Keputusan ini disebut sebagai permulaan dari krisis yang lebih luas di industri otomotif Afsel yang bergantung pada ekspor.
2. Kebijakan fiskal Inggris picu turunnya penjualan Ford di Afsel

Presiden Ford Motor Company Afrika, Neale Hill mengungkapkan bahwa penurunan ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari mobil Ford Ranger di Eropa. Selain itu, terdapat perubahan kebijakan fiskal di Inggris.
“Di Inggris, perubahan kebijakan fiskal telah mengubah volume penjualan. Ini adalah sebuah dampak besar dalam kasus pembelian di Eropa. Kami tidak melihat volume penjualan hybrid Ranger yang kami inginkan. Ini adalah mobil yang mahal dan kami tidak mendapatkan pembebasan bea masuk,” ujarnya.
Pabrik di Silverston memiliki kapasitas produksi hingga 200 ribu unit per tahun. Dengan ini, Ford berencana untuk memutuskan kapasitas produksi sebesar 140 ribu unit per tahun di tengah penurunan permintaan.
3. Lebih dari 1.000 bisnis di Afsel tutup pada 2025
Pemecatan massal yang dilakukan Ford Motors ini beriringan dengan menurunnya industri di Afsel pada 2025. Tercatat sudah ada 1.035 bisnis di negara Afrika bagian selatan itu yang tutup hingga Agustus tahun ini.
Stats SA mengungkapkan bahwa terdapat 127 penutupan bisnis pada Agustus yang turun dari 155 bisnis pada Juli. Mayoritas dari penutupan atau likuidasi bisnis ini berdampak besar pada beberapa sektor, terutama finansial, asuransi, properti, dan bisnis jasa.
Dilansir Business Tech, pada kuartal II 2025, pekerjaan formal di Afsel mengalami penurunan hingga 229 ribu. Jumlah ini melonjak signifikan dibandingkan kuartal ! 2025 yang hanya mengalami penurunan 80 ribu pekerjaan.