Freeport Ajukan Operasional Tambang Usai Longsor di Grassberg

- PTFI mengajukan izin operasional tambang DMLZ dan Big Goosan setelah insiden longsor di GBC.
- PTFI masih mengevaluasi insiden di GBC sebelum memperbolehkan pembukaan kembali tambang tersebut.
- Evakuasi pekerja dari GBC memakan waktu 27 hari setelah terjadi longsor material basah yang menewaskan tujuh orang.
Minahasa, IDN Times - PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah mengajukan pembukaan operasional tambang Big Goosan dan tambang Deep Mile Level Zone (DMLZ) di Mimika, Papua Tengah. Pengajuan itu dilakukan usai longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) yang menewaskan tujuh orang pekerja.
Sebelumnya, operasional tambang Big Goosan dan DMLZ juga dihentikan usai insiden di GBC.
"Sementara mereka mau propose, itu kan gak ada pengaruh dari situ, ya, Mau propose untuk produksi di situ," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno kepada awak media, di Minahasa, Sulawesi Utara, dikutip Kamis, (30/10/2025).
1. Ada peluang PTFI diberi izin operasional DMLZ dan Big Goosan

Tri mengatakan, tak ada masalah di dua tambang DMLZ dan Big Goosan. Sehingga, izin operasionalnya berpeluang diberikan.
“Kalau misalnya di daerah yang tidak ada pengaruh kan, masa gak kita kasih?,” ucap Tri.
2. PTFI masih evaluasi insiden di GBC

Saat ini, PTFI masih mengevaluasi longsor material basah (wet mud) yang terjadi di GBC pada Senin, (8/9/2025) pukul 22.00 WIT lalu. Meski operasional tambang DMLZ dan Big Goosan berpeluang diberikan, Tri memastikan pihaknya belum memperbolehkan PTFI membuka tambang GBC.
“Kalau perbaikan ya oke. Tapi yakinkan kami bahwa tidak akan terjadi kejadian yang serupa di situ,” ujar Tri.
3. Evakuasi pekerja dari GBC memakan waktu 27 hari

Sebagai informasi, insiden longsor itu terjadi karena ada aliran material basah dalam jumlah yang besar dari titik pengambilan produksi di salah satu dari lima blok produksi yang menutup akses ke area tertentu di tambang. Sebanyak tujuh pekerja yang terjebak dinyatakan tewas.
Adapun evakuasi berlangsung selama 27 hari. Lebih rinci, dua pekerja ditemukan pada Sabtu, (20/9), yakni Wigih Hartono dan Irawan.
Kemudian, pada Minggu, (5/10), ditemukan lima pekerja lainnya, yakni Zaverius Magai dari PT Redpath Indonesia; Holong Gembira Silaban dari PT Redpath Indonesia; Dadang Hermanto dari PT Redpath Indonesia; Balisang Telile, warga negara Afrika Selatan dari PT Redpath Indonesia; dan Victor Bastida Ballesteros, warga negara Republik Chili dari PT Redpath Indonesia.
















