Generasi Sandwich Mengandalkan Tabungan untuk Beli Rumah

- Mayoritas generasi sandwich menggunakan tabungan pribadi sebagai sumber utama pembiayaan rumah (53%), diikuti dukungan keluarga (29%) dan kredit pemilikan rumah (28%).
- Motivasi kepemilikan properti generasi sandwich didorong oleh kebutuhan keluarga (49%), stabilitas bagi keluarga (48%), dan investasi (34%).
- Tantangan utama dalam memiliki rumah adalah menemukan properti yang tepat (36%), biaya tambahan yang berlebihan (35%), dan cicilan tinggi (34%).
Jakarta, IDN Times - Tabungan menjadi sumber anggaran andalan generasi sandwich untuk membeli properti baik rumah tapak maupun apartemen. Hal itu tergambar dalam laporan terbaru Pinhome dan YoGov Indonesia yang bertajuk "Langkah Generasi Sandwich Menuju Kepemilikan Properti."
"Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan terhadap generasi sandwich yang melakukan pembelian properti dalam satu tahun terakhir, mayoritas mereka (53 persen) menggunakan tabungan pribadi sebagai sumber utama pembiayaan pembelian rumah," ujar General Manager YouGov Indonesia, Edward Hutasoiy dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Selain itu, 29 persen dari generasi sandwich tersebut menerima dukungan dari keluarga untuk membeli rumah. Kemudian, hanya 28 persen yang memanfaatkan kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA) dan 26 persen lainnya memanfaatkan pinjaman lain seperti kredit tanpa agunan (KTA) atau kredit usaha rakyat (KUR) untuk mendapatkan hunian.
1. Generasi sandwich termotivasi memiliki rumah

Sebagai generasi sandwich yang hidup dengan himpitan dari atas dan bawah, mereka tetap termotivasi untuk memiliki rumah. Edward mengatakan, motivasi utama yang mendorong generasi sandwich untuk memiliki hunian adalah kebutuhan keluarga.
"Generasi sandwich ketika ditanyakan motivasi kepemilikan properti, 49 persen menjawab karena kebutuhan keluarga. Kemudian sebesar 48 persen karena stabilitas bagi keluarganya. Lalu 34 persen karena bisa memiliki lokasi yang lebih baik, 34 persen investasi, 22 persen peningkatan gaya hidup," papar Edward.
2. Tantangan generasi sandwich dalam memiliki tempat tinggal

Selain itu, laporan Pinhome dan YouGov Indonesia juga mengidentifikasi tiga tantangan utama yang dihadapi generasi sandwich dalam memiliki rumah.
"Membeli properti bisa jadi proses yang intimidating dan menurut generasi sandwich, tantangan paling besar adalah menemukan properti yang tepat (36 persen). Mereka juga punya tantangan masalah biaya tambahan yang berlebihan (35 persen), dan cicilan tinggi (34 persen)," tutur Edward.
Selain itu tantangan lainnya berupa masalah kondisi properti dan komunikasi (27 persen), proses panjang serta kesulitan mengumpulkan uang muka (24 persen), kurangnya informasi tentang proses pembelian properti (23 persen), dan pilihan yang terbatas (22 persen).
3. Dukungan yang dibutuhan generasi sandwich

Menghadapi berbagai tantangan tersebut, generasi sandwich disebut Edward membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama penasihat keuangan yang dapat membantu mereka merencanakan dan mengelola keuangan dengan lebih baik.
"Sebanyak 39 persen dari mereka menyatakan bahwa dukungan dari penasihat keuangan sangat diperlukan dalam proses pembelian rumah. Selain itu, peran penilai properti (38 persen), bantuan hukum (37 persen), inspektur properti (36 persen), konsultan properti (35 persen), dan bantuan arsitektur (34 persen) juga dinilai penting dalam memastikan bahwa mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan terinformasi dengan baik," tutur Edward.
Dalam konteks ini, peran-peran tersebut tidak hanya membantu generasi sandwich dalam proses pembelian, tetapi juga memberikan rasa aman dan keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik bagi masa depan mereka dan keluarga.