Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Minyak Dunia Makin Meroket jika Israel Serang Fasilitas Iran

Ilustrasi Sumur Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
Intinya sih...
  • Harga minyak melonjak hingga 5 persen setelah AS menyatakan dukungan terhadap Israel dalam serangan terhadap fasilitas minyak Iran.
  • Israel diperkirakan dapat mengurangi pasokan minyak global sebanyak 1,5 juta barel per hari jika melakukan serangan besar terhadap Iran.

Jakarta, IDN Times - Harga minyak mentah melonjak hingga 5 persen setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan pemerintahnya akan mendukung Israel jika melakukan serangan terhadap fasilitas minyak Iran.

Dilansir oilprice.com, harga minyak Brent untuk pengiriman November naik 4,8 persen menjadi 77,44 dolar AS per barel pada pukul 12.50 waktu setempat, sementara minyak WTI naik 5,1 persen menjadi 73,65 dolar AS per barel.

1. Serangan terhadap fasilitas minyak Iran bisa ganggu pasokan global

Ilustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Para analis dari Citi memperkirakan jika Israel melakukan serangan besar terhadap kapasitas ekspor minyak Iran, hal tersebut dapat mengurangi pasokan minyak global sebanyak 1,5 juta barel per hari.

Sementara itu, serangan pada infrastruktur yang lebih kecil atau aset hilir bisa menyebabkan penurunan produksi sekitar 300 ribu hingga 450 ribu barel per hari (bph).

Menurut ANZ Bank, produksi minyak Iran mencapai puncak tertinggi dalam enam tahun terakhir pada Agustus, yakni sebanyak 3,7 juta bph.

2. Proyeksi kenaikan harga minyak imbas ketegangan Timur Tengah

ilustrasi perusahaan minyak dan gas (migas) dunia (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, Clearview Energy Partners memprediksi harga minyak bisa naik hingga 28 dolar AS per barel jika aliran minyak di Selat Hormuz terblokir.

Jika Israel menyerang infrastruktur energi Iran, harga minyak diperkirakan akan meningkat sebesar 13 dolar AS per barel. Sementara jika AS serta sekutunya menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran, harga minyak bisa naik sekitar 7 dolar AS per barel.

3. Pasar minyak global sedang alami dislokasi dalam beberapa waktu

ilustrasi grafik pertumbuhan ekonomi (pexels.com/Monstera)

Analis komoditas di Standard Chartered mencatat pasar minyak sedang mengalami dislokasi besar, di mana pergerakan harga minyak tidak sejalan dengan faktor-faktor fundamental.

Dislokasi adalah ketidaksesuaian atau perbedaan signifikan antara pergerakan harga minyak dan faktor-faktor fundamental yang biasanya mempengaruhi pasar minyak, seperti penawaran dan permintaan, produksi, atau kondisi ekonomi global. Dalam situasi tersebut, harga minyak bergerak secara tidak wajar atau tidak mencerminkan realitas fundamental pasar.

Perilaku pasar dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan ketidakpastian itu kemungkinan akan berlanjut. Sentimen di pasar minyak sangat lemah, dengan jumlah posisi jual (short) Brent yang dipegang manajer dana kini untuk pertama kalinya melebihi posisi beli (long).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us