Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Pangan Inggris Naik, Supermarket Gencar Perang Diskon

ilustrasi supermarket (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Inflasi pangan di Inggris naik menjadi 3,5 persen, didorong oleh harga cokelat dan permen.
  • Supermarket menawarkan diskon agresif untuk menarik pelanggan di tengah tekanan inflasi, dengan pengeluaran konsumen untuk produk promosi meningkat hampir 9 persen.

Jakarta, IDN Times – Inflasi pangan di Inggris kembali meningkat pada Maret 2025, didorong oleh kenaikan harga cokelat dan permen. Data Kantar mencatat inflasi bahan makanan mencapai 3,5 persen dalam empat minggu hingga 23 Maret, naik dari 3,3 persen pada bulan sebelumnya.

Meski Paskah baru jatuh di akhir April, masyarakat sudah membelanjakan lebih dari 134 juta poundsterling untuk membeli telur cokelat dan camilan musiman lainnya. Angka ini meningkat hampir 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, sepertiga rumah tangga di Inggris telah membeli hot cross buns, roti khas yang biasa dikonsumsi menjelang Paskah.

1. Supermarket gencarkan promosi untuk menarik pelanggan

ilustrasi diskon di supermarket (pexels.com/Erik Mclean)

Supermarket di Inggris semakin agresif menawarkan diskon guna menarik pelanggan di tengah tekanan inflasi. Kantar mencatat total pengeluaran konsumen untuk produk promosi mencapai 2,6 miliar poundsterling, meningkat hampir 9 persen dibandingkan tahun lalu. Saat ini, barang diskon menyumbang 28,2 persen dari total penjualan supermarket—angka tertinggi dalam empat tahun terakhir.

“Dengan harga yang terus naik, supermarket menyadari pentingnya berinvestasi agar menarik pelanggan ke toko mereka,” kata Fraser McKevitt, kepala riset ritel dan konsumen di Kantar, dikutip dari The Guardian, Rabu (2/4/2025).

Di sisi lain, meski tekanan ekonomi sedikit mereda dibandingkan puncaknya pada Oktober 2022, sekitar 22 persen masyarakat Inggris masih mengalami kesulitan keuangan. Kenaikan harga bahan pokok seperti mentega dan produk olahannya semakin membebani rumah tangga. Menurut survei Kantar, kenaikan harga makanan menjadi kekhawatiran terbesar ketiga bagi masyarakat Inggris, setelah tagihan energi dan kondisi ekonomi negara.

Sebelumnya, industri ritel mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2012, hampir 40 persen dari total belanja bahan makanan berasal dari produk diskon, tetapi tren ini sempat turun. Kini, persaingan ketat di antara peritel telah menghidupkan kembali strategi promosi untuk menarik pelanggan.

2. Lidl dan Ocado catat pertumbuhan pesat, Asda tersingkir dari persaingan

ilustrasi pendapatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Persaingan di sektor ritel semakin ketat, dengan supermarket diskon dan platform daring mendominasi pertumbuhan pasar. Menurut laporan Daily Mail, Lidl menjadi jaringan ritel fisik dengan pertumbuhan tercepat setelah mencatat lonjakan penjualan 9,1 persen dalam tiga bulan hingga 23 Maret. Pangsa pasarnya kini mencapai 7,8 persen, mendekati Morrisons yang lebih besar.

Di sisi lain, Ocado mencatat pertumbuhan terbesar secara keseluruhan dengan kenaikan penjualan 11 persen. Dengan pangsa pasar 2 persen, supermarket daring ini terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama di pasar digital.

Sementara itu, Asda mengalami penurunan penjualan 5,6 persen, menyebabkan pangsa pasarnya turun menjadi 12,5 persen. Penurunan ini terjadi di tengah upaya mereka menarik kembali pelanggan melalui harga lebih murah dan peningkatan layanan di toko.

Namun, strategi tersebut belum menunjukkan hasil yang diharapkan. McKevitt menjelaskan bahwa pesaing utama Asda seperti Tesco, Sainsbury’s, dan Marks & Spencer justru terus memperkuat dominasi mereka.

Keberhasilan Tesco dan Sainsbury’s dalam mempertahankan pelanggan terbukti dari kenaikan pangsa pasar mereka. Tesco mencatat peningkatan penjualan 5,4 persen, sementara Sainsbury’s tumbuh 4,1 persen. Aldi juga terus berkembang dan kini menguasai 11 persen pasar di Inggris.

3. Kafe supermarket sepi, konsumen semakin berhemat

ilustrasi kafe sepi pengunjung (pexels.com/Lisa from Pexels)

Di tengah inflasi pangan yang terus meningkat, konsumen semakin selektif dalam membelanjakan uang mereka. Salah satu dampaknya terlihat pada penurunan kunjungan ke kafe supermarket. Data Kantar menunjukkan bahwa jumlah pengunjung kafe di dalam supermarket berkurang 200 ribu dalam setahun terakhir. Saat ini, sektor ini hanya menyumbang 0,3 persen dari total belanja ritel makanan.

Sejumlah peritel besar mulai mengambil langkah strategis untuk menyesuaikan diri dengan tren ini. Pekan lalu, Morrisons mengumumkan penutupan 52 kafe di berbagai gerainya di Inggris. Beberapa supermarket lain bahkan beralih ke model bisnis baru dengan menggandeng operator eksternal untuk mengelola bisnis kafe mereka.

Kondisi ini mencerminkan perubahan kebiasaan belanja masyarakat Inggris. Meski konsumen masih rela mengeluarkan uang untuk produk musiman seperti cokelat Paskah, mereka tetap mencari cara untuk mengurangi pengeluaran di sektor lain.

Tren ini juga sejalan dengan penyesuaian strategi bisnis oleh para peritel. Di tengah ketatnya persaingan, supermarket harus terus berinovasi dalam menawarkan promosi dan layanan agar tetap relevan di pasar yang terus berubah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jujuk Ernawati
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us