Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

46 Persen Anak Muda Indonesia Punya Pekerjaan Sampingan

Cari pekerjaan sampingan sebagai tips menabung 1 juta per bulan (freepik.com)
Cari pekerjaan sampingan sebagai tips menabung 1 juta per bulan (freepik.com)
Intinya sih...
  • Anak muda Indonesia merencanakan keuangan dengan tujuan yang jelas
  • Makin banyak anak muda ciptakan penghasilan tambahan
  • Pekerjaan sampingan dan kewirausahaan bukan lagi pilihan alternatif generasi muda
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Menahan diri dalam pengeluaran hanyalah separuh dari cerita karena separuh lainnya adalah menghasilkan penghasilan, di mana pekerjaan sampingan dan usaha kecil telah menjadi pola untuk mandiri secara finansial. Anak muda masa kini tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga melakukannya karena secara aktif merancang kembali masa depan keuangan mereka.

Dalam laporan terbaru Indonesia Millenial and Gen Z Report 2026 by IDN Research Institute yang diluncurkan dalam Indonesia Summit 2025, sebanyak 46 persen anak muda Indonesia terlibat dalam pekerjaan sampingan atau pekerjaan lepas. Namun, ini bukan sekadar tentang menghasilkan uang tambahan, namun tentang tanggung jawab dan tujuan jangka panjang.

"Bahkan 63 persen (responden) mengatakan, mereka memiliki (pekerjaan sampingan) untuk menghidupi keluarga dan 60 persen menyebutkan membangun tabungan pribadi," ungkap laporan tersebut.

Data ini mengungkapkan gambaran berlapis pekerjaan sampingan bukan sekadar solusi ekonomi instan, melainkan inti dari bagaimana anak muda menyeimbangkan dukungan keluarga, kemandirian, dan visi ke depan.

1. Ada banyak alasan anak muda harus rencanakan keuangan

Screenshot 2025-08-27 003112.jpg
Kewirausahaan dan Pekerjaan Sampingan Jadi Pilihan Utama Kaum Muda Indonesia. (Dok/IMGR 2025).

Anak muda Indonesia merencanakan keuangan dengan tujuan yang jelas, menggunakan strategi praktis yang lebih dari sekedar mengatur anggaran harian. Sebanyak 61 persen (responden) mengatakan, mereka mengurangi pengeluaran yang tidak penting sebagai kebiasaan dasar untuk menjaga ketahanan finansial. Sementara itu, 43 persen secara rutin memantau anggaran mereka, untuk memperkuat disiplin dan kesadaran keuangan.

Bahkan 36 persen responden menggunakan penghasilan dari pekerjaan sampingan bukan untuk boros, tapi untuk pembelian besar yang sudah direncanakan seperti elektronik, pendidikan, atau uang muka rumah. Ini menunjukkan adanya pergeseran menuju perencanaan keuangan jangka panjang yang lebih terarah.

2. Makin banyak anak muda ciptakan penghasilan tambahan

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Tren baru mulai terlihat di kalangan anak muda Indonesia. Kini, menciptakan penghasilan bukan lagi soal dorongan impulsif, melainkan hasil dari perencanaan matang. Di tengah biaya hidup yang semakin tinggi, gaji yang stagnan, dan ketidakpastian pekerjaan, kewirausahaan telah berubah dari sekadar impian menjadi kebutuhan nyata.

Banyak anak muda yang menyadari bahwa pekerjaan formal tidak lagi menjamin kestabilan atau kesempatan naik kelas. Sebagai gantinya, mereka memilih pekerjaan sampingan dan bisnis rintisan sebagai sumber penghasilan yang lebih fleksibel dan berkelanjutan.

3. Pekerjaan sampingan dan kewirausahaan bukan lagi pilihan alternatif generasi muda

Platform e-commerce (sumber gambar dari pinterest kemudian saya satukan)
Platform e-commerce (sumber gambar dari pinterest kemudian saya satukan)

Perkembangan ekonomi digital membuat memulai bisnis jadi lebih mudah. Platform seperti e-commerce, pinjaman peer-to-peer, pembayaran lewat ponsel, dan media sosial, bahkan bagi mereka yang tinggal di luar Jakarta. Dari usaha makanan dan minuman pop-up di desa sampai teknologi pertanian di kota-kota kecil, anak muda kini menciptakan pendapatan yang bersifat personal, lokal, dan dapat dikembangkan.

Namun, perubahan ini bukan hanya soal keuntungan finansial. Banyak wirausahawan muda membangun bisnis yang berlandaskan komunitas, keberlanjutan, dan identitas budaya mereka. Mereka mendefinisikan ulang makna aktivitas ekonomi, bukan hanya sebagai cara bertahan hidup, tapi juga sebagai cerminan siapa mereka sebenarnya.

Bagi generasi muda Indonesia, pekerjaan sampingan dan kewirausahaan bukan lagi pilihan alternatif, melainkan jalur utama menuju keamanan finansial, kemandirian, dan pekerjaan yang bermakna. Mereka tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, tetapi sedang merancang masa depan hidup mereka.

IDN menggelar Indonesia Summit 2025, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.

IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawansa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.

Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.

Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jujuk Ernawati
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us