Indonesia Jadi Negara ke-4 Produsen Beras Terbesar Dunia

- Produksi beras Indonesia meningkat tajam, mencatatkan progres yang cukup impresif.
- Bapanas apresiasi stakeholder perberasan nasional karena kontribusi pelaku usaha penggilingan padi dalam penyerapan gabah.
- Tantangan perberasan nasional karena panen raya telah usai, estimasi produksi bulanan akan melandai, pemerintah telah menyiapkan strategi intervensi perberasan ke masyarakat secara masif.
Jakarta, IDN Times - Indonesia berada diperingkat 4 podusen beras terbesar di dunia. Ini berdasarkan Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dipublikasikan Food and Agriculture Organization (FAO) pada Juni 2025.
"Dengan itu, capaian Indonesia berada lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Filipina," kata Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (29/6/225).
1. Produksi beras Indonesia meningkat tajam

Arief mengungkapkan, kondisi perberasan nasional selama semester I tahun ini mencatatkan progres yang cukup impresif, mulai dari peningkatan produksi beras sampai total stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Perum Bulog.
Dia menebut, pencapaian tersebut merupakan bukti kerja keras segenap stakeholder perberasan dengan Kementerian Pertanian sebagai lead sector di hulu.
"Dari Januari sampai saat ini, produksi beras Indonesia bertumbuh luar biasa jika dibandingkan tahun lalu. Bahkan FAO pun baru-baru ini telah mengakui Indonesia sebagai salah satu negara produsen beras tertinggi tingkat dunia," tuturnya.
2. Bapanas apresiasi stakeholder perberasan

Dengan capaian tersebut, Arief mengatakan, seluruh stakeholder perberasan nasional patut diapresiasi.
"Kita patut apresiasi seluruh stakeholder perberasan Indonesia," ucapnya.
Selanjutnya Arief mengelaborasi kontribusi pelaku usaha penggilingan padi yang telah membantu dalam penyerapan gabah dalam negeri sepanjang paruh pertama 2025. Menurutnya, tantangan perberasan nasional pun akan semakin meningkat di semester II-2025.
"Dalam kesempatan yang baik ini, saya juga mau sampaikan bahwa kami pemerintah, tentunya berterima kasih kepada seluruh penggilingan padi se-Indonesia. Ini karena mereka membantu pemerintah membuat stok beras Bulog menjadi 4,2 juta ton. Lalu penyerapan dalam negeri sampai 2,6 juta ton setara beras," tuturnya.
Dia menyampaikan, pihaknya berterima kasih karena Bulog tidak bisa melakukan sendiri karena ada keterbatasan dryer, dan rice milling plant.
"Jadi ini merupakan kolaborasi yang luar biasa. Panen kita memang sangat baik di semester I. Ujian berikutnya adalah di semester II ini," ucap Arief.
3. Tantangan perberasan nasional

Adapun tantangan perberasan nasional adalah karena panen raya telah usai pada Maret dan April lalu. Selanjutnya estimasi produksi beras bulanan kemungkinan akan mulai melandai.
Kendati begitu, Arieft mengatakan, langkah mitigasi pemerintah telah on the track karena memiliki stok CBP yang sangat mumpuni.
"Di semester II nanti biasanya berat di November, Desember (2025), bahkan sampai Januari (2026). Nah pada waktu itu, kita semua harus siapkan CBP seperti pemerintah yang hari ini lakukan. Jadi kita sudah on the track," katanya.
Dia membeberkan, panen dalam satu hingga dua bulan ke depan bukan big harvest lagi.
"Maret dan April itu panen raya setara beras sampai 10 juta ton. Sekitar 2,5-2,6 juta ton sudah masuk ke Bulog, berarti sisanya 3/4 ada di penggilingan padi, baik di masyarakat luas dan di petani," tuturnya.
"Biasanya karena tren produksi menurun, harga gabah petani akan mulai bergerak naik. Nah ini saatnya tugas pemerintah menggunakan stok Bulog yang ada," sambungnya.
Sementara sebagai upaya mitigasi, menjelang paruh II-2025, pemerintah sudah menyiapkan strategi intervensi perberasan ke masyarakat secara masif, yakni:
1. Bantuan pangan beras kepada 18.277.083 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
2. Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras ke pasaran dengan salur maksimal 1,318 juta ton sampai akhir tahun.