Ini Biang Kerok Pertumbuhan Ekonomi RI Mandek di Level 5 Persenan

Jakarta, IDN Times - Ekonom sekaligus Pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini mengungkapkan, absennya peran dan kebijakan menteri perindustrian jadi biang kerok yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terus stagnan pada level 5 persen.
Dalam catatannya yang diterima IDN Times, Didik mengatakan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) punya peran sentral pada masa pemerintahan mendatang dan menentukan apakah pertumbuhan ekonomi domestik bisa 6 persen atau lebih.
"Kegagalan mendorong ekonomi tumbuh di atas 6 persen karena faktor ini, di mana sektor industri tumbuh rendah dan bergerak sangat lambat. Ini terjadi karena absen dan kekosongan kebijakan industri dan kemenetrian perindustrian yang dorman," kata Didik, dikutip Selasa (18/6/2024).
1. Peran Kemenperin sangat terbatas

Didik menambahkan, selama ini peran Kemenperin sangat terbatas dengan kebijakan yang lemah dan tidak bernilai signifikan untuk memajukan sektor industri.
Selain itu, sektor industri juga tumbuh di bawah 5 persen dalam beberapa tahun terakhir, sehingga tidak memiliki daya dorong dan tidak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi ke level lebih tinggi.
"Bahkan sektor ini justru mandek dengan pertumbuhan bahkan hanya 3-4 persen yang menandakan ketiadaan dan absen kebijakan industri. Industri dimatikan karena kebijakan yang surut dan tidak memberikan kesempatan, ruang, dan dorongan bagi industri nasional," ujar Didik.
2. Janji Prabowo majukan ekonomi RI tidak akan terwujud

Didik pun mengungkapkan, jika kebijakan industri seperti itu terus terjadi pada masa pemerintahan mendatang, maka janji Prabowo Subianto selaku Presiden RI berikutnya dalam memajukan ekonomi domestik akan menguap begitu saja.
"Yang terjadi mungkin bahkan sebaliknya, di mana pertumbuhan ekonomi akan selalu di bawah 5 persen karena terseret pertumbuhan industri yang sangat rendah," kata dia.
Dalam kampanyenya, Prabowo berjanji akan memacu pertumbuhan ekonomi RI hingga 8 persen. Bagi Didik, janji itu mustahil dicapai dengan kebijakan saat ini dan juga ketiadaan peran dari Kemenperin yang signifikan.
"Jika ingin berbeda dari pemerintahan sebelumnya, maka kunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi Kementerian Perindustrian dan kebijakan industrinya. Tanpa itu, Indonesia akan menjadi underdog di ASEAN," kata Didik.
3. Pertumbuhan ekonomi 2023 alami penurunan

Sebelumnya diberitakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 5,05 persen (yoy). Kinerja ekonomi ini lebih rendah dibandingkan realisasi 2022 sebesar 5,31 persen (yoy).
"Ekonomi Indonesia 2023 mencatatkan pertumbuhan yang solid. Ini ditopang seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada 2023," jelas Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, saat konferensi pers, Senin (5/2/2024).
Amalia menjelaskan sektor lapangan usaha menunjukkan laju positif yang disumbang industri pengolahan, industri perdagangan, pertanian pertambangan, dan konstruksi.
Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi secara tahunan adalah sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 13,96 persen, jasa lainnya tumbuh 10,52 persen," ucap dia.
Sementara pertumbuhan dari akomodasi dan makanan minuman mencapai 10,01 persen. Pertumbuhan ini ditopang berbagai event Indonesia sepanjang tahun lalu.
"Pertumbuhan akomodasi dan makanan minuman ditopang oleh faktor peningkatan mobilitas masyarakat penyelenggaraan event internasional seperti Piala Dunia U-17, pertemuan KTT Asean, Moto GP Mandalika, dan persiapan pemilu," kata Amalia.
Sementara itu, sumber pertumbuhan ekonomi 2023 masih ditopang industri pengolahan.
"Industri pengolahan topang sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 0,95 persen, walaupun angka ini relatif lebih kecil dari 2022. Namun lebih besar dari 2021," ujar Amalia.
Selain itu, Amalia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 juga ditopang lapangan usaha, seperti perdagangan yang memberikan sumber pertumbuhan 0,63 persen.
Kemudian, transportasi dan pergudangan memberikan sumber pertumbuhan 0,58 persen, serta informasi dan komunikasi dengan sumber pertumbuhan 0,49 persen.