Investasi Rp140 T, Pertamina-Chevron Jadikan RI Pusat Industri EBT

Jakarta, IDN Times – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan telah menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Pertamina (Persero) dan Chevron Corporation melalui anak usahanya Chevron New Ventures di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Ketika menyampaikan keterangan pers, Jumat (13/5/2022), Bahlil mengatakan MoU ini adalah bagian implementasi fokus Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk mendorong dan mengoptimalisasikan sektor energi baru terbarukan.
Ia juga berharap kerja sama yang dijajaki kedua perusahaan dapat membuat Indonesia menjadi salah satu pusat industri berbasis energi baru terbarukan.
“Saya meyakini tujuan kita untuk Indonesia sebagai salah satu pusat industri hilirisasi yang berbasis energi baru terbarukan dapat kita lakukan,” katanya.
1. Total investasi mencapai Rp140 triliun

Bahlil mengatakan Chevron dan Pertamina berencana untuk mengoptimalisasikan geothermal atau energi yang bersumber dari panas bumi dengan total investasi sekitar 10 miliar dolar AS atau lebih dari Rp140 triliun selama 10 tahun ke depan.
“Geothermal salah satu andalan kita yang hari ini terus dipacu,” kata Bahlil.
2. Kerja sama dengan Air Products

Dalam kesempatan itu, Bahlil juga membahas mengenai investasi dari perusahaan lain, yakni Air Product. Bahlil mengatakan Jokowi telah mengadakan pertemuan dengan Chairman dan CEO Air Products Seifi Ghasemi di Hotel Ritz Carlton, Washington DC, Kamis waktu setempat.
Menurut Bahlil, Air Products telah melakukan penandatangan MoU dengan pemerintah Indonesia dengan total investasi mencapai 15 juta AS di awal tahun 2022 kemarin.
“Dan itu di sektor DME, methanol, dan hydrogen,” katanya.
3. Sudah ada 3 proyek yang dieksekusi

Bahlil menjelaskan, MoU senilai 15 miliar dolar AS itu sudah tereksekusi sebesar 3 proyek, di mana yang pertama adalah DME di Sumatera Selatan, yang sekarang konstruksinya sudah mulai berjalan. Sementara yang kedua adalah pembangunan metanol dengan KPC di Kalimantan Timur.
“Dan yang ketiga adalah kita membangun DME, methanol dan ethanol di Cepu. Ini adalah bagian dari pada upaya Bapak Presiden untuk bagaimana bisa membangun hilirisasi, produknya bisa menjadi substitusi impor,” jelas Bahlil.