Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Iran Serang Israel, Eks Menkeu Wanti-wanti Dana Asing Cabut dari RI

Acara Ngobrol Seru dengan tema "Konflik Iran-Israel, Dampaknya ke Ekonomi RI" pada Senin (15/4/2024). (youtube.com/IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Serangan Iran ke Israel dinilai berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Kondisi itu menimbulkan sentimen negatif bagi pelaku pasar. Sentimen negatif itu mengacu pada instrumen-instrumen berisiko, termasuk rupiah.

Guru Besar FEB Universitas Indonesia (UI) sekaligus eks Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, kondisi ini pun dikhawatirkan memicu arus modal keluar (outflow) dari Indonesia.

“Harapan kita kan sebenarnya dari neraca arus modal, terutama dari inflow. Tapi yang pasti akan terjadi outflow,” kata Bambang dalam Ngobrol Seru by IDN Times, Senin (15/4/2024).

1. Belajar dari serangan Hamas ke Israel

Iran luncurkan penyerangan udara ke langit Israel dengan drone. (x.com/clashreport/subodhrebel)

Bambang mengatakan, serangan Iran ke Israel memperbesar konflik di Timur Tengah. Bahkan, menurutnya lebih besar dari serangan Hamas ke Israel melihat dari geografis masing-masing negara yang terlibat.

Saat Hamas menginvasi Israel tahun lalu, Bambang mengatakan arus modal keluar terjadi di Indonesia.

“Yang pasti akan terjadi outflow. Bahkan, gak usah jauh-jauh lah. Ketika Israel dan Hamas ribut-ribut, itu dalam waktu 4 hari sesudah kejadian itu, ada outflow dari SBN kita, sekitar Rp4 triliun hanya dalam waktu 3-4 hari setelah kejadian Israel-Hamas,” ucap Bambang.

2. Rupiah kian melemah

ilustrasi uang (Pexels.com/Ahsanjaya)

Gejolak dunia itu pun dinilai makin menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Padahal, rupiah sudah melemah karena dolar AS terus menguat karena Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) masih terus mempertahankan suku bunga acuan di tingkat tinggi.

“Semua pihak istilahnya kecele. Karena mereka menyangka Federal Reserve akan segera melakukan cut rate, pemotongan suku bunga, yang ternyata saya juga prediksinya gak mungkin pertengahan tahun ini. Karena tingkat inflasi masih di atas apa yang ditargetkan Federal Reserve,” ujar Bambang.

3. Intervensi BI dinilai tak berpengaruh besar

ilustrasi dolar AS (Pixabay.com/geralt)

Dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI bisa saja turun tangan mengintervensi. Namun, Bambang melihat efek intervensi BI akan minim dalam mendorong penguatan rupiah.

“Kalaupun BI menaikkan suku bunga, barangkali efeknya tidak terlalu kuat. Karena yang terjadi adalah dolar AS menguat terhadap semua mata uang sebagai akibat tingkat bunga yang tinggi,” ujar Bambang.

Oleh sebab itu, dia memprediksi para investor akan menarik dana dari instrumen berisiko, dan memilih instrumen dengan risiko yang lebih rendah alias safe haven.

“Ditambah Iran-Israel ini seperti biasa investor akan safe haven, akan mencari tempat yang paling aman. Tempat yang paling aman itu selalu dua, satu dolar AS, mata uang, satu lagi USD Bond, treasury bond,” tutur Bambang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us