Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

KADIN Minta Pemerintah Segera Tetapkan Status Endemi COVID-19, Kenapa?

Petugas PMI Jakarta Pusat menyemprotkan cairan disinfektan di SDN Johar Baru 03. Jakarta, Sabtu (22/1/2022). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Sarman Simanjorang meminta pemerintah segera mengubah status pandemik menjadi endemi COVID-19. Piahknya pun mendukung sejumlah pelonggaran yang telah dilakukan pemerintah saat ini.

"Bahwa pemerintah akan membuat pelonggaran-pelonggaran apalagi wacana dari pandemik ke endemi, ini kabar sangat mengembirakan bagi pelaku usaha. Karena sudah hampir dua tahun berbagai sektor ekonomi kita sangata terpuruk, bahkan gak bisa kita hindari banyak yang sudah tumbang akibat pandemik ini," ujar Sarman dalam Webinar Polemik pada Sabtu (12/3/2022).

1. Tekanan ekonomi hingga perang Rusia dan Ukraina jadi alasan

Tentara Ukraina mendengarkan instruksi sambil berlatih menggunakan senjata M141 Bunker Defeat Munition disediakan oleh Amerika Serikat di lapangan latihan di wilayah Lviv, Ukraina, dalam foto yang dirilis pada Jumat (4/2/2022). ANTARA FOTO/Ukrainian Defence Ministry/Handout via REUTERS.

Sarman mengatakan ada dua alasan mengapa pihaknya mendukung pemerintah segera tetapkan status endemi. Alasan itu adalah ekonomi yang terpuruk dan perang Rusia dan Ukraina.

"Tekanan ekonomi kita saat ini sudah sangat membuat ekonomi kita terpuruk, tambah perang Rusia dan Ukraina semakin menekan kita. Kita lihat saat ini harga minyak dunia sudah menembus 130. Kemudian ini akan merembet ke mana-mana," ujarnya.

Sarman mengungkapkan bahwa gandum Indonesia banyak diimpor dari Ukraina. Dengan adanya perang, tak menutup kemungkinan adanya dampak di Indonesia.

"Kita tahu 30 persen gandum kita diimpor dari Ukraina. Ini akan implikasi ke sektor industri gandum ini nanti akan mengalami kenaikan-kenaikan," ujarnya.

2. Rangkaian pembatasan bakal menekan pertumbuhan ekonomi nasional

Ilustrasi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia tak setuju apabila status pandemik COVID-19 diperpanjang. Sebab, hal itu akan menekan target pertumbuhan ekonomi nasional.

"Nyatanya sampai saat ini, karena kita masih proses pemulihan, angka pengangguran kita masih 6,26 persen, angka kemiskinan kita masih 10,81 persen. Bahkan masih banyak pekerja kita dirumahkan, masih belum kerja normal," ujarnya.

3. Sebentar lagi Ramadan

Ilustrasi Bersalaman Lebaran (IDN Times/Sukma Shakti)

Selain itu, kata Sarman, sebentar lagi ada momentum bulan Ramadan. Menurutnya perputaran uang pada bulan suci tersebut akan sangat besar dan sangat disayangkan apabila terjadi pembatasan lagi.

"Kita lihat ada momentum besar yang bisa dimanfaatkan yaitu momentum puasa dan idul fitri. Ini kalau gak kita manfaatkan sayang sekali karena perputaran uang di Indonesia adalah momentum puasa dan idul fitri. Biasanya konsumsi rumah tangga kita meningkat, gairah ekonomi tinggi, itu akan memberi kontribusi ekonomi nasional," jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Aryodamar
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Aryodamar
EditorAryodamar
Follow Us