Kenaikan Harga Emas di Turki Ganggu Upaya Pengendalian Inflasi

- Kenaikan harga emas menciptakan efek kekayaan senilai lebih dari 100 miliar dolar AS sepanjang tahun terakhir, memperumit upaya menurunkan tekanan inflasi.
- Preferensi kuat masyarakat untuk menyimpan emas fisik di luar perbankan mengurangi efektivitas kebijakan moneter bank sentral dalam mengendalikan inflasi.
- Harga emas mencapai rekor tertinggi di atas 4.000 dolar AS per ons, didukung oleh permintaan kuat dari investor yang mencari aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Jakarta, IDN Times - Lonjakan harga emas di Turki telah meningkatkan kekayaan rumah tangga secara signifikan. Kondisi ini membuat bank sentral menghadapi tantangan baru dalam upaya menekan inflasi.
Pada Jumat (10/10/2025), Bank Sentral Turki menyebutkan bahwa cadangan emas masyarakat yang disimpan di luar sistem keuangan telah mencapai lebih dari 500 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp8,3 kuadriliun). Fenomena ini memperluas dampak kenaikan harga emas terhadap perekonomian nasional.
1. Kenaikan harga emas dan efek kekayaan di Turki
Gubernur Bank Sentral Turki, Fatih Karahan, menyatakan bahwa harga emas yang meroket menciptakan efek kekayaan senilai lebih dari 100 miliar dolar AS (Rp1,6 kuadriliun) sepanjang tahun terakhir. Efek ini mendorong konsumsi domestik karena masyarakat merasa lebih makmur.
"Pengalaman inflasi masa lalu menjelaskan mengapa warga Turki menyimpan emas dalam jumlah besar," kata Karahan, dilansir Hurriyet Daily News.
Kondisi ini memperumit upaya bank sentral menurunkan tekanan harga, terutama di tengah kenaikan harga barang-barang seperti pendidikan dan sewa rumah yang membuat inflasi tetap tinggi di angka 33,3 persen pada September 2025.
2. Tantangan kebijakan bank sentral menghadapi inflasi
Fatih Karahan menyampaikan pada Kamis (2/10/2025), bahwa preferensi kuat masyarakat untuk menyimpan emas fisik di luar perbankan mengurangi efektivitas kebijakan moneter. Inflasi yang melekat sulit dikendalikan oleh bank sentral karena peningkatan permintaan akibat efek kekayaan dari kenaikan harga emas. Ia menegaskan bahwa kebijakan moneter harus tetap ketat untuk sementara waktu.
"Permintaan emas melemahkan perjuangan kami melawan inflasi," kata Karahan, dilansir Bloomberg.
Namun, beberapa analis mengkritik pendekatan ini, dengan Tim Ash dari BlueBay Asset Management menyatakan bahwa masalah struktural lain seperti pemotongan suku bunga yang terlalu cepat lebih mempengaruhi inflasi tetap tinggi.
3. Dampak harga emas global dan prospek ke depan
Harga emas sempat mencapai rekor tertinggi di atas 4.000 dolar AS (R66,4 juta) per ons. Lonjakan ini didukung oleh permintaan kuat dari investor yang mencari aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global, termasuk ketegangan geopolitik dan kekhawatiran inflasi.
Central bank di berbagai negara Asia dan Timur Tengah juga meningkatkan cadangan emas mereka, memperkuat tren kenaikan harga. Laporan menunjukkan bahwa kenaikan harga emas ini mendongkrak posisi eksternal Turki namun membuat proses pelemahan inflasi berjalan lebih lambat.
"Kenaikan harga emas mendukung konsumsi rumah tangga melalui efek kekayaan yang besar," ujar Karahan.