Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ketahui Penyebabnya

Ilustrasi berbagai nominal mata uang rupiah Indonesia (pexels.com/Robert Lens)
Intinya sih...
  • Negara dengan inflasi rendah cenderung memiliki nilai mata uang yang lebih tinggi karena daya belinya meningkat.
  • Suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik modal asing dan menyebabkan nilai tukar naik, sebaliknya suku bunga rendah menurunkan nilai tukar.

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar memainkan peran penting atas tingkat perdagangan suatu negara. Faktor tersebut sangat penting bagi hampir semua negara karena menganut ekonomi pasar bebas di dunia.

Karena alasan tersebut, nilai tukar termasuk di antara indikator ekonomi yang paling banyak diperhatikan, dianalisis, dan dimanipulasi oleh pemerintah. Namun, nilai tukar juga penting dalam skala yang lebih kecil, yakni memengaruhi hasil riil portofolio investor.

Pertanyaannya, kenapa nilai tukar mata uang termasuk rupiah bisa naik dan turun? Dilansir Investopedia, berikut faktor yang memengaruhi naik turunnya nilai tukar rupiah!

1. Perbedaan pada inflasi

Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Biasanya, negara dengan tingkat inflasi lebih rendah menunjukkan peningkatan nilai mata uang, karena daya belinya meningkat terhadap mata uang lainnya.

Negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya mengalami depresiasi atau penurunan mata uang terhadap mata uang mitra dagang mereka. Hal itu juga biasanya disertai dengan suku bunga yang lebih tinggi.

2. Perbedaan suku bunga

Ilustrasi suku bunga (IDN Times/Umi Kalsum)

Suku bunga, inflasi, dan nilai tukar semuanya sangat berkaitan. Dengan menaikturunkan suku bunga, bank sentral memiliki pengaruh terhadap pergerakan inflasi dan nilai tukar.

Pada dasarnya, suku bunga yang lebih tinggi memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi pemberi pinjaman dibandingkan negara lain. Oleh karena itu, suku bunga yang lebih tinggi mampu menarik modal asing dan menyebabkan nilai tukar naik.

Sebaliknya, ketika terjadi penurunan suku bunga atau suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar mata uang.

3. Defisit transaksi berjalan

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Transaksi berjalan adalah neraca perdagangan antara suatu negara dan mitra dagangnya. Defisit pada akun lancar (current account) menunjukkan bahwa negara tersebut mengeluarkan lebih banyak untuk perdagangan luar negeri daripada yang diperolehnya.

Untuk memenuhi kebutuhan belanja dengan negara mitra dagang, negara tersebut meminjam modal dari sumber luar negeri untuk menutupi defisit.

Dengan kata lain, negara membutuhkan lebih banyak mata uang asing daripada yang diterimanya melalui penjualan ekspor, dan memasok lebih banyak mata uangnya sendiri daripada permintaan pihak asing untuk produknya.

Permintaan mata uang asing yang berlebihan akan menurunkan nilai tukar negara tersebut.

4. Kinerja ekonomi yang kuat

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Investor asing pasti mencari negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang kuat untuk menanamkan modalnya. Negara dengan atribut positif seperti itu akan menarik dana investasi dari negara lain yang dianggap memiliki lebih banyak risiko politik dan ekonomi.

Gejolak politik, misalnya, dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap mata uang dan perpindahan modal ke mata uang negara yang lebih stabil.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
Jumawan Syahrudin
3+
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us