Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenya Sukses Amankan Utang dari Jepang dan China untuk Bangun Industri

ilustrasi bendera Kenya (unsplash.com/aboodi_vm)
ilustrasi bendera Kenya (unsplash.com/aboodi_vm)
Intinya sih...
  • Jepang-Kenya sepakat kerja sama dalam berbagai sektor, termasuk industri otomotif dan energi.
  • Kenya bernegosiasi dengan China untuk membayar utang menggunakan yuan, memotong biaya hingga separuhnya.
  • Ruto yakin ekonomi Kenya tumbuh lebih cepat pada 2025 meskipun IMF memasukkan Kenya sebagai negara dengan kondisi utang yang berisiko tinggi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kenya berhasil mengamankan utang sebesar 169 juta dolar AS (Rp2,7 triliun) dari Jepang pada Kamis (21/8/2025). Utang ini berfungsi untuk membangun industri otomotif dan sektor energi di Kenya. 

“Fasilitas ini akan memperkuat industri perakitan kendaraan dan bagian dari industri manufaktur serta mengatasi masalah transmisi dan distribusi energi yang saat ini hanya 23 persen dari total kebutuhan,” ungkap Menteri Luar Negeri Kenya, Musalia Mudavadi. 

Kerja sama Jepang dan Kenya ini disepakati dalam Tokyo International Conference on African Development (TICAD 9) di Yokohama. Selain itu, kesepakatan ini menandai 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. 

1. Jepang-Kenya setujui kerja sama dalam berbagai sektor

Presiden Kenya William Ruto mengatakan bahwa kesepakatan antara Kenya dan Jepang termasuk dalam pelatihan industri, finansial, pembangunan sumber daya manusia, dan kesehatan. 

“Rencana dari peluncuran instrumen keuangan Obligasi Samurai ini untuk memberikan akses dalam membiayai pasar Jepang yang akan mengarah pada kebijakan inovatif dalam mendiversifikasi sumber daya dan memprioritaskan pembangunan nasional beserta transformasi,” terangnya, dikutip dari Logistics Update Africa

Ruto mengungkapkan bahwa Kenya sedang berdiskusi dengan Toyota Motor Corporation untuk menyediakan 5 ribu kendaraan listrik di Kenya. Sekitar 30-40 persen bagian kendaraan tersebut akan dirakit di Kenya. 

2. Kenya minta sebagian utang dari China dibayar menggunakan yuan

bendera China (unsplash.com/@myers2021)
bendera China (unsplash.com/@myers2021)

Menteri Keuangan Kenya, John Mbadi mengungkapkan, Kenya sedang bernegosiasi dengan China untuk mengubah sebagian pembayaran utang dari mata uang dolar AS menjadi yuan. 

Selama ini, negara Afrika Timur itu mengalokasikan 1 miliar dolar AS (Rp16,3 triliun) setiap tahunnya untuk membayar utang ke China yang menjadi salah satu kreditur terbesarnya. Perubahan pembayaran menggunakan yuan ini berfungsi memotong biaya hingga separuhnya, dilansir dari Business Insider Africa.

Pada Mei, Kenya sudah menyetujui kerja sama dengan China dalam investasi di sektor manufaktur, pertanian, dan pariwisata senilai 1 miliar dolar AS (Rp16,3 triliun). Sebelumnya, China sudah membangun infrastruktur penting di Kenya, seperti pembenahan ukuran rel kereta api, Pelabuhan Lamu, dan Nairobi Expressway. 

3. Ruto yakin ekonomi Kenya tumbuh lebih cepat pada 2025

suasana di Nairobi, Kenya (unsplash.com/soph_)
suasana di Nairobi, Kenya (unsplash.com/soph_)

Ruto mengatakan bahwa ekonomi Kenya akan tumbuh lebih cepat dibandingkan proyeksi meskipun adanya tarif resiprokal AS dan tantangan global lainnya. 

“PDB diperkirakan akan tumbuh hingga 5,6 persen tahun ini meskipun terdapat berbagai tantangan global dari eskalasi tarif dan gangguan rantai perdagangan yang berdampak pada ekonomi berbagai negara,” tandasnya, dikutip dari TRT Global

Meskipun memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi, International Monetary Fund (IMF) memasukkan Kenya sebagai negara dengan kondisi utang yang berisiko tinggi. Kenya berencana mengurangi tekanan finansial dengan menerbitkan obligasi diaspora.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us