Kontroversi Rokok dalam Pusaran Anies dan Bloomberg

Jakarta, IDN Times - Isu kampanye anti-rokok kembali menjadi pembicaraan hangat di media sosial Twitter. Hal itu bermula dari sebuah surat yang dikirimkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada Pendiri Bloomberg Philanthropies, Michael Bloomberg.
Surat yang sebenarnya sudah diteken sejak 2019 silam tersebut kembali jadi bahan perbincangan ketika diunggah ke Twitter oleh beberapa akun kontra kampanye anti-rokok seperti Komunitas Kretek, Rokok Indonesia, dan Boleh Merokok.
"Kenapa sih pada nyerang Anies Baswedan? Ya karena belio minta jatah ke bloomberg initiative buat kampanye antirokok," tulis akun Rokok Indonesia di akun Twitter resminya (@rokok_indonesia), seperti dikutip IDN Times, Senin (4/10/2021).
Dalam cuitannya tersebut, Rokok Indonesia juga mengunggah surat dari Anies Baswedan yang ditujukan langsung ke Michael Bloomberg. Lantas, apa sebenarnya isi surat tersebut dan bagaimana hal itu bisa memicu perang pendapat antara pihak yang pro terhadap kampanye anti-rokok dan kontra kampanye anti-rokok?
Berikut ulasannya seperti yang berhasil dihimpun Redaksi IDN Times.
1. Isi surat Anies kepada Bloomberg

Anies mengawali surat tersebut dengan mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Michael Bloomberg menjadi WHO Global Ambassador for Noncommunicable Disease and Injuries. Berikutnya, Anies mengucapkan terima kasih Michael yang telah membantu Jakarta tergabung dalam Kemitraan Kota Sehat bersama dengan 54 kota lainnya pada 2017 silam.
Melalui dukungan dari Bloomberg Philanthropies, Anies menyebut pihaknya telah berhasil menghilangkan 100 persen iklan bilboard rokok dan segera akan melarang iklan rokok di dalam ruangan.
Anies pun menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta siap melanjutkan Kemitraan untuk Kota-Kota Sehat pada 2020 dan meningkatkan jumlah Kawasan Tanpa Rokok dari yang tadinya hanya 32 persen menjadi 90 persen.
Dalam surat tersebut, Anies juga mengakui bahwa pihaknya tengah dalam proses melakukan finalisasi terhadap aturan tersebut. Pada akhir surat, Anies pun berharap bisa melanjutkan kolaborasi dengan Bloomberg Philanthropies.
2. Tuduhan Rokok Indonesia kepada Anies

Dalam lanjutan cuitan tersebut, Rokok Indonesia secara gamblang menuduh Anies tengah menggalang dana untuk kepentingan pencalonan dirinya sebagai presiden pada 2024 mendatang.
"Balik lagi ke Anies Baswedan, inisiasi bertukar surat dengan komitmen melarang rokok di daerah kekuasaannya ini ya bisa jadi alat tukar politik. Ingat bentar lagi 2024, waktunya cari dana bos," tulis mereka.
Hal tersebut pun kemudian mendapatkan banyak respons. Salah satunya datang dari Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi. Ismail dalam cuitannya secara tak langsung menyatakan bahwa apa yang ditulis Rokok Indonesia tersebut tidak masuk akal.
"Pertama baca thread @rokok_indonesia saya kira ini untuk dukung kebijakan ABW. Lanjutannya ternyata nyerang Anies. Argumennya ndak masuk akal saya sih. Kl cari duit buat 2024, ya harusnya dukung rokok. Kebalik. Thanks Min, sy jd tercerahkan parahnya rokok di Ind," bunyi cuitan Ismail di akun pribadinya (@ismailfahmi).
3. Rokok Indonesia menyoroti kebijakan tutup display rokok di minimarket

Masih dalam utas yang sama, Rokok Indonesia pun menyampaikan opininya terkait kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk menutup display rokok di minimarket yang ada di Jakarta.
Rokok Indonesia berpendapat bahwa hal tersebut sebagai sebuah kebijakan busuk yang tidak pro terhadap perokok.
"Mungkin perkara ini terlihat simpel, alah cuma tutup display rokok saja. Namun tindakan ini merupakan kebijakan busuk dengan mendiskreditkan masyarakat Indonesia yang merokok dan kretek sebagai produk legal nan kultural di Indonesia," tulis Rokok Indonesia.
Sebelumnya diberitakan, beleid tentang kebijakan menutup display rokok di minimarket tercantum dalam Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 8 tahun 2021.
Aturan itu melarang adanya pemasangan reklame dan display rokok serta melarang penempatan kemasan produk rokok di tempat berniaga.
Rokok Indonesia pun menduga apabila Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 8/2021 tersebut dilandasi dari surat Anies kepada Bloomberg, maka hal itu menjadi preseden bahwa sebuah produk kebijakan dapat dibuat berdasarkan intervensi filantropi asing.
4. Pendapat warganet tentang utas Rokok Indonesia

Utas yang pertama kali dicuitkan oleh Rokok Indonesia pada 1 Oktober lalu kini telah mendapatkan 1.411 retweet dan 1.184 likes. Selain itu, utas tersebut juga mendapatkan banyak respons dari warganet.
Kebanyakan respons tersebut menyatakan bahwa analisis yang dilakukan Rokok Indonesia terlalu dangkal dengan mengaitkan surat Anies terhadap upaya penggalangan dana pencalonan presiden 2024 mendatang.
"Mayoritas orang Indonesia perokok. Kalau bikin kampanye antirokok jelas bakalan nurunin voters. Tapi beliau tetap lakuin, rasanya ini ga ada kaitannya dgn politik. Jumlah perokok di Indonesia sudah mengkhawatirkan. Justru inisiatif ini harus didukung," ujar akun @dhanangpuruhita.
Senada dengan akun tersebut, @bagasabdillah55 menilai bahwa surat Anies kepada Michael Bloomberg bukanlah niatan untuk menyerang perokok, melainkan untuk melindungi generasi berikutnya dari ancaman perokok.
"Kebijakan ini bukan untuk menyerang perokok. Perokok bukan musuh dari kebijakan ini krn ada atau tidak kebijakan ini, perokok ya tetap merokok. Tp Anies ingin melindungi anak2 kita yg secara fisik, ekonomi, dan psikologi belum mampu untuk merokok tetapi disasar produsen rokok," tulis dia.