Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LRT Jabodebek Dibombardir Kendala, Harga Tiket Harus Direvisi?

Depo LRT Jabodebek di Stasiun Jati Mulya, Bekasi Timur, Jawa Barat. (IDN Times/Reynaldy Wiranata)

Jakarta, IDN Times - Aspek pelayanan LRT Jabodebek terus menjadi sorotan. Masalah dalam operasional moda transportasi baru itu terus-menerus datang.

Bahkan, LRT Jabodebek masih belum beroperasi normal sampai saat ini. Sejak 18 Oktober, LRT Jabodebek membatalkan 28 perjalanan karena belasan rangkaian keretanya harus masuk "bengkel." Setidaknya, ada 18 rangkaian kereta yang harus melalui proses pembubutan, karena kondisi roda yang aus.

Pelayanan LRT Jabodebek pun dinilai tak maksimal akibat banyaknya kendala itu.

1. Sederet permasalahan LRT Jabodebek

Infografis Masalah LRT Jabodebek (IDN Times/Aditya Pratama)

Adapun kendala pada operasional LRT Jabodebek sudah terjadi sejak awal diresmikan. Di hari ketiga beroperasi, LRT Jabodebek mengalami mati listrik, tepatnya pada Rabu, 30 Agustus 2023 lpukul 08.12 WIB. Kereta yang mati ialah kereta yang melayani rute Jati Mulya-Dukuh Atas.

Lalu,  pada siang harinya, pintu kereta LRT Jabodebek tak terbuka hingga 10 menit. Kendala itu terjadi di Stasiun Pancoran pukul 13.03 WIB. Akhirnya, penumpang harus dievakuasi.

Selanjutnya, LRT Jabodebek kini juga tengah melakukan pembubutan atas belasan rangkaian keretanya. Hal itu menyebabkan 28 perjalanan LRT Jabodebek dibatalkan per 18 Oktober 2023.

Akibat kondisi itu, mulai 27 Oktober 2023, LRT Jabodebek hanya mengoperasikan 9 rangkaian kereta, karena makin banyak rangkaian yang harus melalui proses pembubutan.

Adapun di awal bulan ini, tepatnya pada Rabu, 1 November, rangkaian LRT Jabodebek yang melayani rute Harjamukti-Dukuh Atas mogok akibat aliran listrik terputus. Hal itu terjadi di depan Menara Saidah pada pukul 08.23 WIB. Perjalanan kereta pun terhenti selama tiga menit.

Teranyar, tepatnya pada Sabtu, 4 November, bagian dalam Stasiun Cawang LRT Jabodebek terguyur hujan deras akibat ambrolnya plafon. Air hujan pun membanjiri bagian dalam stasiun.

2. Penumpang harus berkejaran dengan jam operasional yang terbatas

Peron Stasiun Dukuh Atas LRT Jabodebek. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Saat ini, LRT Jabodebek hanya beroperasi sampai pukul 20.12 WIB untuk rute Dukuh Atas-Harjamukti (PP). Adapun untuk rute Dukuh Atas-Jati Mulya hanya beroperasi sampai pukul 20.00 WIB, dan Jati Mulya-Dukuh Atas hanya beroperasi sampai pukul 19.00 WIB.

Menurut Sonya Michaella, seorang karyawan swasta di bilangan Jakarta Selatan, jumlah perjalanan LRT Jabodebek yang masih terbatas itu membuat dirinya harus terburu-buru saat hendak pulang bekerja.

“Jadi gak santai kalau mau pulang,” kata Sonya kepada IDN Times.

Saat bisa pulang lebih cepat, dia pun harus menghadapi waktu datangnya kereta yang lama, karena jarak antarkereta (headway) yang sangat panjang.

Headway lama itu karena gerbong diperbaiki kan. Soalnya nunggunya sampai 30 menit, mana di peronnya panas,” ujar Sonya.

3. Tarif LRT Jabodebek dinilai tidak sesuai dengan pelayanan yang diberikan

Penumpang LRT Jabodebek yang menikmati diskon tarif flat Rp5 ribu di hari terakhir promosinya, Sabtu (30/9/2023). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Melihat banyaknya kendala itu, menurut Sonya, tarif yang diberikan belum sesuai. Dia mengatakan, rela membayar tarif normal apabila LRT Jabodebek sudah beroperasi normal, seperti jumlah perjalanan lebih banyak, dan headway lebih pendek.

“Kalau headway 10 menit sekali, tarifnya dinormalin gapapa deh. Ini nunggu bisa sampai 40 menit,” tutur Sonya.

Hal serupa juga diungkapkan Dwi Aditya Putra (28), karyawan swasta dari sebuah perusahaan yang berdiri di Jakarta Selatan. Menurutnya, pemerintah dan manajemen harus mengevaluasi kembali tarif LRT Jabodebek.

Adapun saat ini, tarif LRT Jabodebek ialah Rp3 ribu untuk satu kilometer (km) pertama, Rp700 untuk setiap km berikutnya, dan Rp20 ribu untuk tarif maksimal.

“Salah satunya melakukan penyesuaian tarif yang mutlak harus dilakukan oleh KAI selalu operator. Ketika semua masalah sudah dibenahi, baru boleh terapkan tarif yang berlaku saat ini,” ujar Aditya kepada IDN Times.

Jika tak ada kompensasi yang diberikan LRT Jabodebek, menurutnya lambat laun transportasi tersebut akan ditinggalkan penggunanya.

“Pertama layanan angkutan itu kan memerlukan jaminan keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Ketika moda LRT tidak mampu menawarkan semuanya itu, maka kepercayaan masyarakat akan menurun dan lama-lama LRT akan ditinggalkan oleh konsumen,” ujar Aditya.

4. YLKI sebut LRT Jabodebek harus beri kompensasi pada konsumen

Stasiun Dukuh Atas LRT Jabodebek. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Menurut Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Agus Suyatno, LRT Jabodebek wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Jika tidak, maka ada tiga hal yang bisa dibebankan pada operator transportasi.

Pertama, kompensasi untuk konsumen yang dapat berupa pengembalian tiket, diskon, menggratiskan perjalanan, dan lain-lain.

Kedua, operator bisa diberikan sanksi fiskal, seperti penundaan pemberian subsidi Public Service Obligation (PSO), atau sanksi nonfiskal seperti pemberhentian operasi sementara.

“Ketiga, KAI perlu audit ulang operasional LRT.  Apabila masih terdapat kendala dalam operasional, maka perlu perbaikan segera. Jangan sampai PT KAI mempertaruhkan kenyamanan konsumen, bahkan juga keamanan dan keselamatan dengan memaksa beroperasi LRT Jabodebek,” ujar Agus saat dihubungi IDN Times.

5. MTI minta LRT Jabodebek terapkan tarif terendah

Stasiun Setiabudi LRT Jabodebek. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Senada, Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menilai, LRT Jabodebek perlu memberikan kompensasi bagi masyarakat di tengah penurunan kualitas pelayanan. Adapun kompensasi yang setimpal menurutnya adalah penerapan tarif terendah.

“Kalau pelayanan belum baik, seperti frekuensi perjalanan berkurang, waktu tunggu lama, waktu tempuh bertambah, kadang terjadi gangguan, sebaiknya tarif tidak bisa ditetapkan normal dulu sebagai kompensasi untuk pengguna,” tutur Aditya kepada IDN Times.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us