Makin Terpuruk, Swedia Bakal Resesi Sampai 2024!

Jakarta, IDN Times - Swedia bakal memasuki resesi yang diperkirakan berlangsung hingga 2024. Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Swedia, Elisabeth Svantesson dalam pernyataan resminya pada Kamis (22/12/2022).
Sesuai dengan perkiraan Kementerian Keuangan Swedia, resesi terjadi lantaran Swedia mengalami kenaikan suku bunga sangat tinggi dan juga akibat dari harga energi yang terus melonjak.
"Pertumbuhan tahun ini telah direvisi sedikit ke atas, sebagian karena keinginan perusahaan untuk terus berinvestasi, tetapi jelas bahwa situasi ekonomi yang jauh lebih buruk akan datang, yang akan menyulitkan banyak rumah tangga. Resesi diperkirakan akan lebih lama dari perkiraan dalam RUU Anggaran dan tampaknya tidak akan mencapai titik terendah hingga 2024," tutur Svantesson, dikutip dari EIN News, Jumat (23/12/2022).
1. Aktivitas ekonomi tahun depan berjalan lebih lambat

Inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang cepat diproyeksikan bakal memperlambat aktivitas ekonomi pada 2023 mendatang.
Hal itu pun dapat memengaruhi perekonomian Swedia yang sangat bergantung dengan permintaan di seluruh dunia.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia pun diprediksi akan mengalami perlambatan atau pelemahan mulai tahun depan.
2. Proyeksi perekonomian Swedia tahun depan

Di sisi lain, produk domestik bruto (PDB) Swedia diperkirakan bakal mengalami penurunan sebesar 0,7 persen pada 2023.
Sejalan dengan hal tersebut, inflasi Swedia pun masih akan tetap tinggi selama sisa 2022 ini dan akan berlanjut pada awal 2023 sebelum turun sepanjang tahun tersebut.
Inflasi utama diproyeksikan meningkat menjadi enam persen pada 2023. Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang hanya 5,2 persen.
3. Perekonomian Swedia 2024

Proyeksi ekonomi Swedia 2024 pun bakal lebih parah ketimbang proyeksi yang ada sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Swedia pada periode tersebut diperkirakan hanya satu persen.
Hal itu semakin diperparah dengan peningkatan jumlah pengangguran yang dimulai pada 2023 dan berlangsung hingga 2024.
Adapun proyeksi tersebut didasari oleh banyaknya ketidakpastian terutama berhubungan dengan situasi energi di Eropa, perang Rusia-Ukraina, dan berlanjutnya inflasi tinggi.
"Falam situasi saat ini, penting agar kebijakan keuangan dipertimbangkan dengan cermat. Skenario terburuk untuk rumah tangga dan bisnis yang sudah menghadapi kesulitan keuangan adalah kenaikan inflasi lebih lanjut. Anggaran pemerintah tahun depan telah mengalami pemotongan yang bertujuan untuk memerangi inflasi sambil memberikan ruang untuk bertindak jika penurunan ekonomi lebih buruk daripada perkiraan," beber Svantesson.