Mark Zuckerberg Bantah Tuduhan Monopoli di Sidang Antitrust Meta

- Mark Zuckerberg bersaksi dalam sidang antitrust terhadap Meta.
- Jaksa FTC menunjukkan bukti email lama Zuckerberg tentang akuisisi Instagram dan WhatsApp.
Jakarta, IDN Times – Mark Zuckerberg kembali duduk di kursi saksi pada Selasa (15/4/2025), saat sidang antitrust terhadap Meta memasuki hari kedua. Sidang ini menyasar akuisisi Instagram dan WhatsApp yang dituding sebagai upaya memonopoli pasar media sosial. Jika terbukti, Meta bisa dipaksa melepaskan dua aplikasi besar tersebut.
Jaksa dari Komisi Perdagangan Federal (FTC), Daniel Matheson berargumen Zuckerberg membeli Instagram karena melihatnya sebagai ancaman serius. Ia menunjukkan bukti email lama Zuckerberg yang menyebut Instagram sebagai jaringan yang tumbuh cepat dan mengancam.
Zuckerberg membantah narasi tersebut dengan alasan email itu tidak mewakili keseluruhan motivasinya.
“Saya pikir itu salah menggambarkan apa isi emailnya,” kata Zuckerberg, dikutip dari CBS News, Rabu (16/4).
Ia mengaku senang bisa mengakuisisi Instagram demi menciptakan produk yang lebih baik, bukan sekadar menghilangkan pesaing.
1. Zuckerberg klaim akuisisi Instagram demi percepatan pengembangan

Dalam persidangan, Matheson berulang kali mengangkat email yang ditulis lebih dari sepuluh tahun lalu oleh Zuckerberg dan rekan-rekannya. Salah satu dokumen yang diajukan adalah pesan Zuckerberg kepada mantan CFO Facebook pada Februari 2012, yang menyatakan Instagram dan Path telah membentuk jaringan yang dianggap berpotensi mengganggu posisi Meta.
Zuckerberg menjelaskan, pesan tersebut muncul dalam diskusi umum soal strategi mempercepat pengembangan internal dengan cara mengakuisisi perusahaan. Ia menyebut konteks pembicaraan itu bukan soal menyingkirkan pesaing, melainkan mencari percepatan inovasi. Fokus utama saat itu adalah menemukan perusahaan yang bisa membantu Facebook tumbuh lebih cepat di sektor mobile.
Ia juga menjawab soal pilihan membeli WhatsApp dan Instagram dibanding membuat aplikasi sendiri. Menurutnya, membuat aplikasi baru sangat sulit dan lebih sering gagal daripada berhasil.
“Saya yakin kami bisa saja membangun aplikasi, apakah akan berhasil atau tidak, saya rasa itu spekulatif… membangun aplikasi baru itu sulit, dan lebih sering daripada tidak, saat kami mencobanya, aplikasinya tidak mendapatkan banyak perhatian,” katanya.
Dilansir dari BBC, Rabu (16/4), FTC menilai Meta sengaja membayar lebih mahal saat mengakuisisi keduanya sebagai langkah defensif. Instagram dibeli seharga 1 miliar dolar AS pada 2012, sementara WhatsApp diambil alih dua tahun kemudian dengan nilai mencapai 19 miliar dolar AS.
2. Meta bantah telah rugikan konsumen dan persaingan pasar

Meta juga membantah keras tuduhan bahwa akuisisi tersebut merugikan konsumen maupun pasar secara keseluruhan. Zuckerberg berulang kali mengatakan, strategi mereka tidak bertujuan menghancurkan persaingan, melainkan memperkuat ekosistem Meta agar lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan aplikasi seperti Instagram.
“Apa yang saya fokuskan adalah infrastruktur perangkat lunak dari berbagai layanan yang bisa mereka (Instagram) manfaatkan. Saya pikir strategi eksplisit untuk integrasi Instagram adalah membiarkan Kevin dan Mike, para pendiri, memberi tahu kami layanan apa yang mereka butuhkan dari Meta untuk membantu meningkatkan kualitas dan pertumbuhan Instagram dengan lebih cepat,” ujar Zuckerberg.
Meta berdalih akuisisi dilakukan secara terbuka dan telah disetujui lebih dari satu dekade lalu. Perusahaan menyebut upaya FTC saat ini bertentangan dengan logika hukum dan perkembangan nyata di industri teknologi.
3. FTC anggap definisi pasar Meta terlalu luas dan menyesatkan

Salah satu poin utama perdebatan adalah definisi pasar yang digunakan FTC. Lembaga itu menganggap pasar Meta terlalu sempit jika hanya mencakup TikTok atau YouTube sebagai pesaing. FTC mengecualikan platform seperti Apple iMessage dari perbandingan langsung dengan Instagram dan WhatsApp.
Namun, Meta menilai definisi itu menyimpang dari kenyataan persaingan di industri. Dalam pernyataannya, Meta menyebut bahwa tuduhan tersebut tidak mencerminkan realita dan justru bisa berdampak buruk terhadap dunia usaha secara luas.
“Bukti di persidangan akan menunjukkan apa yang setiap remaja 17 tahun di dunia tahu: Instagram, Facebook, dan WhatsApp bersaing dengan TikTok milik China, YouTube, X, iMessage, dan banyak lainnya,” tulis perusahaan tersebut, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (16/4).
Meta mengkritik tindakan FTC yang dinilai bisa mengirimkan pesan buruk kepada para pelaku industri. Mereka menyebut bahwa setelah lebih dari sepuluh tahun persetujuan resmi diberikan, kini akuisisi tersebut tiba-tiba dipermasalahkan kembali. Sidang ini dipimpin oleh Hakim Distrik James Boasberg, yang sebelumnya menolak permintaan Meta untuk membatalkan kasus lewat jalur putusan ringkas.