Anak Palestina menarik gerobak yang ditumpangi saudaranya saat mengungsi dari konflik bersenjata Israel dan milisi Palestina di Jalur Gaza, Palestina, Jumat (14/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammed Salem/foc.)
Terinspirasi oleh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, seruan BDS Palestina mendesak tekanan tanpa kekerasan terhadap Israel. Harapannya, Israel mematuhi hukum internasional dengan memenuhi tiga tuntutan.
Pertama, mengakhiri pendudukan dan kolonisasi seluruh tanah Arab dan membongkar tembok apartheid. Selama ini, sebagai bagian dari pendudukan militernya, Israel mencuri tanah dan memaksa warga Palestina masuk ke ghetto, dikelilingi oleh pos pemeriksaan, pemukiman, dan menara pengawas, serta tembok apartheid ilegal.
Israel telah memberlakukan pengepungan abad pertengahan di Gaza, mengubahnya menjadi penjara terbuka terbesar di dunia. Israel juga secara teratur melakukan serangan besar-besaran di Gaza yang dikutuk secara luas sebagai kejahatan perang dan kemanusiaan.
Kedua, mengakui hak-hak dasar warga negara Arab-Palestina di Israel dan memberikan hak kesetaraan penuh. Seperlima warga Israel merupakan warga Palestina yang tetap berada dalam garis gencatan senjata setelah 1948.
Mereka mengalami sistem diskriminasi rasial yang tercantum dalam lebih dari 50 undang-undang yang berdampak pada setiap aspek kehidupannya. Pemerintah Israel terus melakukan pengusiran paksa komunitas Palestina dari tanahnya sendiri. Para pemimpin Israel secara rutin dan terbuka menghasut kekerasan rasial terhadap mereka.
Ketiga, menghormati, melindungi, dan memajukan hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah serta harta bendanya seperti diatur dalam Resolusi PBB 194.
Sejak pendiriannya yang penuh kekerasan pada 1948, melalui pembersihan etnis terhadap lebih dari separuh penduduk asli, Israel telah berupaya untuk menguasai sebanyak mungkin tanah dan mencabut sebanyak mungkin warga Palestina. Akibat perpindahan paksa yang sistematis ini, kini terdapat lebih dari 7,25 juta pengungsi Palestina. Mereka tidak diberi hak untuk kembali ke rumah mereka hanya karena mereka bukan orang Yahudi.