Negara-Negara yang Masih Menanti Keputusan Tarif Trump

- Meksiko hapus hambatan non-tarif dan buka pintu negosiasi dagang baru.
- Negara lain terancam tarif tinggi jika belum capai kesepakatan.
- China, Kamboja, dan Thailand dekati tenggat dalam negosiasi dagang.
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan bahwa tarif perdagangan terhadap Meksiko akan diperpanjang selama 90 hari ke depan pada Kamis (31/7/2025). Kebijakan ini memastikan bahwa barang-barang dari Meksiko tetap dikenakan tarif sebesar 25 persen, kecuali bila memenuhi ketentuan dalam Perjanjian Amerika Serikat–Meksiko–Kanada (USMCA). Perpanjangan ini secara otomatis membatalkan rencana kenaikan tarif yang semula dijadwalkan mulai berlaku Jumat (1/8).
Trump menyampaikan pengumuman tersebut usai berkomunikasi langsung dengan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum.
“Saya baru saja menyelesaikan percakapan telepon dengan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang sangat sukses karena, semakin lama, kami semakin saling mengenal dan memahami,” tulis Trump di platform Truth Social, dilansir dari The Guardian.
Dalam pernyataan lanjutan, ia menyebut kesepakatan tarif akan berlangsung selama 90 hari dengan rincian bahwa fentanyl tetap dikenai tarif 25 persen, mobil 25 persen, serta baja, aluminium, dan tembaga 50 persen.
1. Meksiko hapus hambatan non-tarif dan buka pintu negosiasi dagang baru
Meksiko menjadi kunci penting dalam rantai pasok AS karena mengekspor berbagai produk utama seperti mobil, elektronik, alas kaki, dan pakaian. Sejak 2023, posisi Meksiko telah melampaui China sebagai negara asal impor terbesar bagi AS, sekaligus menjadi pasar ekspor terbesar kedua setelah Kanada.
Trump menyebut bahwa Meksiko juga menyetujui penghapusan hambatan perdagangan non-tarif.
“Setuju untuk segera menghentikan hambatan perdagangan non-tarif, yang jumlahnya banyak,” ujar Trump di Truth Social, dikutip dari CNBC Internasional.
Meski tidak dijelaskan rinci, hambatan non-tarif biasanya mencakup birokrasi impor, peraturan teknis, dan standar keamanan pangan. Selama masa perpanjangan ini, AS dan Meksiko dijadwalkan melanjutkan negosiasi. Trump menyatakan harapan agar perjanjian dagang baru bisa disepakati dalam 90 hari ke depan atau diperpanjang bila dibutuhkan. Sampai saat ini, belum ada kesepakatan baru yang disahkan secara resmi.
2. Negara lain terancam tarif tinggi jika belum capai kesepakatan

Selain Meksiko, kebijakan tarif Trump juga ditujukan untuk negara-negara lain yang dianggap melakukan praktik dagang tidak adil. Hingga 31 Juli 2025, hanya tujuh pihak yang berhasil mencapai perjanjian dagang dengan AS, yaitu Inggris, Vietnam, Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Jepang, dan Uni Eropa. Negara-negara lainnya akan menghadapi tarif tinggi mulai 1 Agustus 2025.
Kanada, mitra dagang terbesar kedua AS, terancam tarif hingga 35 persen bila belum menyepakati perjanjian hingga batas waktu yang ditentukan. Di sisi lain, Brasil juga berada dalam posisi sulit karena dituduh melakukan tindakan politik terhadap eks Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Dilansir dari CNN Internasional, Trump telah menetapkan tarif 40 persen terhadap barang-barang dari Brasil sejak sehari sebelumnya, dan mengancam menaikkan tarif menjadi 50 persen jika pemerintah Brasil tidak menghentikan tindakan tersebut.
3. China, Kamboja, dan Thailand dekati tenggat dalam negosiasi dagang

China menjadi salah satu negara dengan tenggat terpisah, yaitu pada 12 Agustus 2025, meskipun saat ini sedang berlaku gencatan tarif sementara. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyampaikan pada Kamis (31/7) bahwa kesepakatan dagang dengan China hampir tercapai. Di saat yang sama, pembicaraan intensif juga tengah berlangsung dengan Kamboja dan Thailand.
Di luar negara-negara prioritas, kebijakan tarif universal juga dirancang Trump untuk menekan negara lain agar membuka akses pasar. Rencana ke depan mencakup peningkatan tarif umum dari 10 persen menjadi 15-20 persen. Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi besar Trump untuk melindungi ekonomi domestik dari praktik perdagangan global yang dinilai merugikan AS.