PHK Massal Meghajar 2025, Pengangguran AS Tembus Level Tertinggi

- Gelombang PHK di perusahaan besar sepanjang 2025. Pengangguran naik, jutaan pekerja kehilangan pekerjaan.
- Perusahaan seperti Verizon, UPS, Target, Paramount Skydance, Meta, dan Rivian mengumumkan pemangkasan tenaga kerja dalam skala besar. AI dipertanyakan, perusahaan tegaskan alasan berbeda
- Rencana PHK mencapai 1.170.821 pekerjaan hingga November 2025.
Jakarta, IDN Times – Tahun 2025 menjadi periode yang berat bagi pasar tenaga kerja global, terutama di Amerika Serikat (AS). Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) meluas di berbagai sektor, termasuk perusahaan besar yang selama ini dianggap sebagai pemenang di era ekonomi berbasis akal imitasi (AI).
Perusahaan teknologi, logistik, ritel, hingga telekomunikasi mengumumkan pengurangan tenaga kerja dalam jumlah besar di tengah ketidakpastian ekonomi, perubahan strategi bisnis, serta penyesuaian pascapertumbuhan agresif pada masa pandemi. Data resmi menunjukkan dampak PHK tersebut mulai tercermin pada kenaikan tingkat pengangguran sepanjang tahun.
1. Pengangguran naik, jutaan pekerja kehilangan pekerjaan

Laporan ketenagakerjaan terakhir yang dirilis pemerintah AS menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 4,6 persen pada November 2025. Angka ini merupakan level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Di luar periode pandemi pada 2020 dan pemulihan pada 2021, tingkat pengangguran tersebut terakhir kali tercatat pada 2017.
Departemen Tenaga Kerja AS (DOL) mencatat sebanyak 7,8 juta orang masuk kategori pengangguran pada November, meningkat dari 7,1 juta orang pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya tingkat perekrutan, yang berada di kisaran level yang pernah terlihat pada 2020 dan 2013, sehingga mempersempit peluang pencari kerja untuk kembali terserap pasar.
Ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik, serta penyesuaian strategi perusahaan disebut menjadi latar utama dari tren ini.
2. Gelombang PHK di perusahaan besar sepanjang 2025

Sejumlah perusahaan besar mengumumkan pemangkasan tenaga kerja dalam skala signifikan. Wall Street Journal melaporkan bahwa Verizon mulai memberi tahu karyawan mengenai rencana PHK terbesar dalam sejarah perusahaan tersebut, dengan target lebih dari 13.000 pekerja.
UPS menyatakan dalam laporan keuangan kuartal ketiga bahwa mereka telah memangkas sekitar 34.000 posisi operasional dalam sembilan bulan pertama 2025, seiring upaya meningkatkan efisiensi. Selain itu, sekitar 14.000 posisi lain, terutama di tingkat manajemen, juga dihapus.
Target mengumumkan rencana penghapusan 1.800 posisi korporat. Paramount Skydance, menurut laporan The New York Times, mulai memberhentikan lebih dari 2.000 karyawan pada akhir Oktober. Perusahaan teknologi seperti Meta juga mengonfirmasi adanya PHK, termasuk di unit AI. Rivian dilaporkan melakukan langkah serupa.
Firma penempatan kerja global Challenger, Gray & Christmas mencatat bahwa hingga November 2025, rencana PHK mencapai 1.170.821 pekerjaan. Angka tersebut naik 54 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
3. AI dipertanyakan, perusahaan tegaskan alasan berbeda

Pemangkasan tenaga kerja oleh perusahaan teknologi memunculkan pertanyaan mengenai peran AI dalam menggantikan pekerja. Amazon, misalnya, menyampaikan pesan internal pada Oktober bahwa perusahaan akan memangkas sekitar 14.000 posisi di jajaran korporat.
CEO Amazon Andy Jassy menegaskan bahwa langkah tersebut tidak didorong oleh faktor keuangan maupun AI. “Langkah ini sebenarnya tidak didorong oleh alasan keuangan, dan bahkan juga bukan karena AI—setidaknya untuk saat ini,” ujar Jassy, dilansir Yahoo Finance.
Jassy menjelaskan bahwa faktor budaya dan struktur organisasi menjadi alasan utama. “Ini soal budaya. Jika Anda tumbuh secepat yang kami alami selama beberapa tahun—baik dari ukuran bisnis, jumlah orang, jumlah lokasi, hingga jenis usaha—Anda akhirnya memiliki jauh lebih banyak orang dan lapisan organisasi,” ujarnya.
4. Koreksi pasar kerja teknologi dan dinamika baru PHK

Data Indeed menunjukkan pasar kerja teknologi mengalami perubahan tajam. Lowongan pekerjaan di bidang teknologi dan matematika sempat mencapai puncaknya pada 2022, lebih dari dua kali lipat level Februari 2020, sebelum akhirnya turun 36 persen di bawah level pra-pandemi pada Juli 2025.
Indeed menilai lonjakan perekrutan sebelumnya, kondisi ekonomi yang berubah, serta meningkatnya minat pada AI berkontribusi pada penurunan permintaan tenaga kerja teknologi tahun ini.
Profesor ekonomi Georgetown University, Timothy DeStefano, mengatakan bahwa koreksi tersebut tidak mengejutkan. “Jika kita melihat Amazon, kita tahu mereka merekrut sangat agresif antara 2017 hingga 2022, sehingga tidak mengherankan jika kini terjadi koreksi,” ujar DeStefano.
DeStefano juga menegaskan, “Saya pribadi tidak melihat adanya hubungan antara PHK ini dengan AI.”
Sementara itu, data pemerintah AS terbaru menunjukkan adanya sedikit kenaikan lowongan kerja pada Oktober, namun jumlah PHK meningkat ke level tertinggi sejak Januari 2023. Profesor manajemen Wharton School, Matthew Bidwell, menyebut PHK sebagai bagian dari dinamika ekonomi. “Saya pikir PHK adalah hal buruk, terutama bagi mereka yang terdampak,” ujar Bidwell.
Ia menambahkan,“Namun, ini juga bagian dari proses kapitalis yang disebut creative destruction.”











.jpg)







