Pandu Sjahrir Ungkap Alasan Parkir Dividen BUMN ke SBN

- SBN dipilih karena likuiditas tinggi dan dapat dimanfaatkan dengan cepat.
- SBN dianggap instrumen yang aman dan stabil untuk menempatkan dana sementara.
- Likuiditas pasar saham Indonesia masih rendah, perlu ditingkatkan agar bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai instrumen investasi nasional.
Jakarta, IDN Times - Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menjelaskan alasan di balik keputusan Danantara menempatkan sebagian dana hasil dividen BUMN ke Surat Berharga Negara (SBN).
Menurutnya, langkah ini merupakan strategi awal untuk mengoptimalkan pengelolaan dana sebelum dialihkan ke investasi jangka panjang lainnya.
1. SBN dipilih karena memiliki tingkat likuiditas yang tinggi

Pandu mengatakan, SBN dipilih karena memiliki tingkat likuiditas tinggi dan dapat dimanfaatkan dengan cepat. Hal ini penting mengingat Danantara baru saja menerima alokasi dana dan perlu segera menggerakkan investasinya dalam waktu terbatas.
“(Pembelian SBN ini) supaya Danantara Investment bisa langsung mulai berinvestasi. Kebetulan waktu yang kami miliki hanya sekitar dua bulan, jadi kami butuh instrumen yang cepat dan paling likuid. Salah satunya ada di pasar obligasi. Ke depan, tentu kami juga akan masuk ke pasar saham publik,” ujarnya saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (16/10/2025).
2. SBN jadi instrumen yang aman dan stabil

Lebih lanjut, Pandu menilai SBN merupakan instrumen yang aman dan stabil, sehingga cocok digunakan untuk menempatkan dana sementara sambil menyiapkan portofolio investasi yang lebih beragam. Ia menegaskan, penempatan dana di (SBN) bersifat jangka pendek.
"(SBN) Jangka pendek, jangka panjang harus adankombinasi, baik dari sisi pasar modal dan juga dari sisi bond market. Itu dari sisi public market investasi, itu semua mix lah;" tegasnya
3. Likuiditas pasar saham masih rendah

Di sisi lain, Pandu juga menyoroti rendahnya likuiditas pasar saham Indonesia yang saat ini baru mencapai sekitar Rp1 triliun per hari. Menurutnya, peningkatan likuiditas menjadi kunci agar pasar saham bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai instrumen investasi nasional.
“Volume transaksi (pasar saham) harus ditingkatkan menjadi Rp5 atay Rp8 triliun per hari. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain seperti India, yang likuiditas pasarnya sudah jauh lebih besar,” tegasnya.
Dengan langkah diversifikasi portofolio, Danantara berharap dapat mendorong penguatan pasar keuangan domestik, sekaligus meningkatkan efektivitas pengelolaan aset negara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
4. Dividen BUMN banyak masuk ke SBN

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan kritik pada Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Purbaya menyoroti besarnya dana dari dividen BUMN yang ditempatkan Danantara pada Surat Berharga Negara (SBN). Dia pun mempertanyakan keahlian Badan Pengelola Investasi itu.
"Saya tadi sempat kritik. Kalau Anda taruh obligasi begitu banyak di pemerintah, keahlian Anda apa?" kata Purbaya di Wisma Danantara, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Kritik itu disampaikan langsung Purbaya kepada Danantara dalam rapat Dewan Pengawas (Dewas) perdana yang digelar kemarin. Dalam rapat itu, hadir Kepala BPI Danantara, Rosan Roeslani; Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria; dan Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Patria Sjahrir.