Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pasar Kerja AS Melemah, Tekanan ke Trump dan The Fed

ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Tarif impor dan pemangkasan belanja tekan perekonomian
  • Indikator lain tunjukkan pasar kerja makin lesu
  • Pemecatan bos BLS dan tekanan politik ke The Fed
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda pelemahan serius pada Agustus 2025. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) melaporkan pada Jumat (5/9/2025) hanya ada tambahan 22 ribu pekerjaan, jauh di bawah perkiraan 75 ribu. Angka ini menjadi laporan buruk keempat berturut-turut, setelah data Juni bahkan direvisi menjadi minus 13 ribu, penurunan pertama sejak Desember 2020.

Tingkat pengangguran naik ke 4,3 persen, level tertinggi dalam empat tahun terakhir di luar periode pandemi Covid-19. Seorang ekonom senior Wells Fargo, Sarah House, menyoroti perubahan besar di pasar tenaga kerja.

“Mesin pekerjaan yang telah menjadi bagian integral dari pertumbuhan ekonomi AS yang melampaui ekspektasi selama empat tahun terakhir sedang terhenti,” katanya dalam catatan, dikutip dari NBC News.

Kondisi ini diperparah oleh kelemahan yang meluas di berbagai sektor, sehingga membuat pemulihan cepat menjadi sulit. Investor dan pelaku usaha pun semakin waspada terhadap prospek ekonomi ke depan.

1. Tarif impor dan pemangkasan belanja tekan perekonomian

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Dilansir dari Politico, suku bunga tinggi ditambah kebijakan tarif luas dari Presiden AS, Donald Trump, memberi tekanan besar pada ekonomi yang sangat bergantung pada konsumsi. Upaya Trump memberlakukan tarif terhadap impor, disertai pemotongan agresif pada belanja federal yang kini digugat secara hukum, menambah ketidakpastian. Kondisi itu menyulitkan pelaku usaha memperluas lapangan kerja.

Tarif juga memicu kekhawatiran harga yang terus naik, meski inflasi sudah menurun dari puncaknya pada 2022. Tingkat inflasi masih berada di atas target 2 persen yang ditetapkan Federal Reserve (The Fed). Dampak langsung terlihat pada sektor manufaktur, yang kehilangan 78 ribu pekerjaan sepanjang tahun ini.

Sektor sensitif perdagangan lain ikut terpukul, termasuk tambang dan perdagangan grosir. Data menunjukkan ada 6 ribu pekerjaan hilang di bidang minyak dan gas, serta 12 ribu di manufaktur pada Agustus saja. Sebaliknya, sektor kesehatan tumbuh 31 ribu pekerjaan, bantuan sosial menambah 16 ribu, dengan kenaikan lebih kecil di konstruksi, ritel, jasa profesional, dan perhotelan.

2. Indikator lain tunjukkan pasar kerja makin lesu

ilustrasi pekerja pabrik (pexels.com/Tiger Lily)
ilustrasi pekerja pabrik (pexels.com/Tiger Lily)

Sinyal pelemahan pasar kerja sudah terlihat sebelum laporan resmi BLS. Pada Selasa (2/9), BLS melaporkan perekrutan dan pemutusan kerja relatif stagnan pada Agustus dibanding Juli, sementara lowongan turun ke titik terendah dalam 10 bulan. Namun, situs Indeed mencatat ada peningkatan bertahap iklan pekerjaan sejak pertengahan Juli.

Data dari penyedia penggajian swasta (ADP) pada Kamis (4/9) menambah tanda perlambatan. ADP mencatat hanya ada 54 ribu pekerjaan baru pada Agustus, turun dari 106 ribu di bulan sebelumnya dan di bawah ekspektasi. Lebih dari seperempat pengangguran kini menganggur lebih dari enam bulan, proporsi tertinggi sejak Juni 2016.

Menurut laporan Challenger, Gray & Christmas gelombang dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun meningkat. Jumlah pemutusan kerja melonjak 39 persen pada Agustus dibanding Juli, dengan total lebih dari 85 ribu posisi hilang. Sepanjang tahun, sudah ada 892 ribu pekerjaan dihapus, angka tertinggi sejak 2020.

Challenger menyoroti tren yang mengkhawatirkan bagi peritel.

“September biasanya adalah saat kami mulai melihat pengumuman perekrutan musiman yang besar, yang menunjukkan bagaimana ekspektasi peritel untuk musim libur. Setelah Agustus dengan rencana perekrutan terendah yang pernah tercatat, ini mungkin menjadi tanda yang mengkhawatirkan,” ujarnya, dikutip NBC News.

3. Pemecatan bos BLS dan tekanan politik ke The Fed

ilustrasi Federal Reserve (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi Federal Reserve (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Laporan pekerjaan yang mengecewakan muncul tak lama setelah Trump memecat Komisaris BLS, Erika McEntarfer. Keputusan itu diambil setelah revisi besar pada data Mei dan Juni yang menunjukkan pelemahan lebih parah. Angela Hanks dari The Century Foundation menilai langkah tersebut tidak tepat.

“Laporan pekerjaan ini juga menegaskan apa yang sudah kita ketahui — bahwa pemecatan Komisaris BLS Erika McEntarfer oleh Presiden Trump sama sekali tidak beralasan dan secara definisi adalah kasus menembak pembawa pesan,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.

Trump menunjuk E.J. Antoni dari Heritage Foundation sebagai pengganti McEntarfer, meski ia masih menunggu konfirmasi Senat. Antoni menuai kritik karena mengusulkan jeda pada publikasi laporan bulanan, yang dikhawatirkan bisa mengacaukan pasar global. Situasi Agustus juga makin menekan Federal Reserve yang harus menyeimbangkan masalah inflasi dengan pelemahan tenaga kerja.

Gedung Putih berulang kali meminta Ketua The Fed, Jerome Powell, segera menurunkan suku bunga.

“Jerome ‘Terlambat’ Powell seharusnya sudah menurunkan suku bunga sejak lama. Seperti biasa, dia ‘Terlambat!’” tulis Trump di media sosial pada Jumat (5/9).

Investor kini memperkirakan pemangkasan suku bunga akan terjadi pada pertemuan 16–17 September, yang bakal jadi pemotongan pertama sejak Desember lalu.

Scott Paul dari Alliance for American Manufacturing mengatakan bahwa laporan pekerjaan Agustus seharusnya mendorong dua langkah penting. Ia menilai Federal Reserve perlu memangkas suku bunga. Selain itu, ia menekankan perlunya penyelesaian tarif dan perjanjian dagang agar bisnis mendapat kepastian untuk merekrut, berinvestasi dalam peralatan modal, dan menata ulang rantai pasok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Shell Akan Kembali Beroperasi di Angola setelah Vakum 20 Tahun

06 Sep 2025, 11:13 WIBBusiness