Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

The Fed Buka Peluang Penurunan Suku Bunga

ilustrasi Federal Reserve (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi Federal Reserve (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Pasar tenaga kerja alami pelemahan serius
  • Tarif Trump tekan inflasi dan naikkan harga
  • Powell tegaskan independensi Fed dan komitmen inflasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve atau The Fed), Jerome Powell, memberi sinyal adanya penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Hal itu ia sampaikan pada Simposium Ekonomi Jackson Hole di Wyoming pada Jumat (22/8/2025).

Powell menyebut kondisi ekonomi saat ini menuntut penyesuaian kebijakan. Dengan nada hati-hati, Powell menyinggung perlunya mengubah arah kebijakan moneter yang telah ketat.

“Dengan kebijakan dalam wilayah yang ketat, prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakan kami,” katanya dikutip The Guardian.

Setelah pidato itu, pasar saham langsung melonjak, dengan indeks S&P 500 naik 1,5 persen dan Dow Jones mencetak rekor baru.

1. Pasar tenaga kerja alami pelemahan serius

ilustrasi suku bunga (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi suku bunga (freepik.com/rawpixel.com)

Data terbaru memperlihatkan pertumbuhan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) melambat tajam sepanjang musim panas. Powell menilai situasi ini sebagai kondisi tidak biasa karena baik permintaan tenaga kerja maupun ketersediaan pekerja sama-sama melemah. Ia memperingatkan risiko pemutusan kerja massal bisa terjadi dengan cepat bila tren ini berlanjut.

Presiden Fed San Francisco, Mary Daly menegaskan hal serupa dalam tulisannya di LinkedIn.

“Pasar tenaga kerja telah melemah, dan saya akan melihat perlambatan tambahan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan,” tulis Daly dikutip CNN.

Ia menambahkan, pasar kerja yang terguncang bisa jatuh lebih keras dalam waktu singkat.

Perbedaan pandangan di internal Fed pun muncul. Pada Juli lalu, Gubernur Fed Christopher Waller dan Wakil Ketua Pengawasan Michelle Bowman menolak keputusan mempertahankan suku bunga untuk kelima kalinya. Mereka justru mendorong pemangkasan 0,25 persen karena lemahnya pasar kerja, sebuah perbedaan pandangan langka yang terakhir terjadi pada 1993.

Sementara itu, Presiden Fed Boston, Susan Collins menilai, pemangkasan bunga pada September bisa relevan bila pelemahan tenaga kerja lebih kuat dibanding tekanan inflasi. Pandangan serupa juga diutarakan Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, yang tahun ini punya hak suara dalam keputusan suku bunga.

2. Tarif Trump tekan inflasi dan naikkan harga

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)
ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Sejumlah pejabat Fed mengkhawatirkan tarif impor yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump bisa memicu inflasi lebih tinggi dari perkiraan. Data menunjukkan Indeks Harga Produsen pada Juli melonjak 0,9 persen, jauh di atas ekspektasi. Kenaikan itu mengindikasikan beban biaya mulai menekan pelaku usaha.

Powell menyebut, tarif dan kebijakan imigrasi berdampak nyata pada perekonomian.

“Tahun ini, ekonomi telah menghadapi tantangan baru. Tarif yang jauh lebih tinggi di antara mitra dagang kami sedang mengubah sistem global,” ujarnya di Jackson Hole.

Ia menambahkan, kebijakan imigrasi yang ketat memperlambat pertumbuhan tenaga kerja. Efek tarif terhadap harga konsumen pun makin jelas terlihat.

“Kami memperkirakan efek tersebut akan terakumulasi dalam beberapa bulan mendatang, dengan ketidakpastian tinggi tentang waktu dan jumlahnya,” kata Powell.

Ia menekankan butuh waktu agar dampak tarif merembes ke rantai pasokan dan distribusi.

Dalam wawancara dengan Bloomberg, Austan Goolsbee menyoroti inflasi jasa yang mulai melonjak.

“Laporan inflasi terakhir yang masuk, di mana Anda melihat inflasi jasa — yang mungkin tidak didorong oleh tarif — benar-benar mulai melonjak. Itu adalah titik data yang berbahaya, saya berharap itu sedikit anomali,” ujarnya.

Meski begitu, Fed mempertahankan suku bunga pinjaman utama untuk lima kali pertemuan berturut-turut. Powell menilai dampak tarif kemungkinan bersifat sementara, hanya menimbulkan kenaikan harga sekali waktu, meski ketidakpastian tetap besar.

3. Powell tegaskan independensi Fed dan komitmen inflasi

Gedung Marriner S. Eccles Federal Reserve, atau sering disebut Gedung Eccles, berada di Foggy Bottom, Washington, D.C., tepatnya di sudut 20th Street dan Constitution Avenue NW. Arsitek Paul Philippe Cret merancang bangunan bergaya Art Deco ini pada 1935, dan pembangunannya rampung dua tahun kemudian, pada 1937. (AgnosticPreachersKid, CC BY-SA 3.0,via Wikimedia Commons)
Gedung Marriner S. Eccles Federal Reserve, atau sering disebut Gedung Eccles, berada di Foggy Bottom, Washington, D.C., tepatnya di sudut 20th Street dan Constitution Avenue NW. Arsitek Paul Philippe Cret merancang bangunan bergaya Art Deco ini pada 1935, dan pembangunannya rampung dua tahun kemudian, pada 1937. (AgnosticPreachersKid, CC BY-SA 3.0,via Wikimedia Commons)

Di tengah tekanan politik dari Trump yang mendesak pemangkasan cepat, Powell menegaskan independensi lembaganya.

“Anggota FOMC akan membuat keputusan ini, hanya berdasarkan penilaian mereka terhadap data dan implikasinya untuk prospek ekonomi dan keseimbangan risiko. Kami tidak akan pernah menyimpang dari pendekatan itu,” katanya dikutip CNBC.

Ia juga menyoroti hasil tinjauan kebijakan lima tahunan Fed.

“Kami percaya bahwa komitmen kami terhadap target ini adalah faktor kunci yang membantu menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terjangkar dengan baik,” ujarnya dikutip media yang sama.

Fed tetap berpegang pada target inflasi 2 persen sebagai acuan utama.

Powell mengingatkan pengalaman pahit lonjakan inflasi setelah 2020. Saat itu, strategi flexible average inflation targeting sempat mengizinkan inflasi melebihi target, namun kenyataannya melesat hingga tertinggi dalam 40 tahun.

“Lima tahun terakhir telah menjadi pengingat yang menyakitkan akan kesulitan yang ditimbulkan oleh inflasi tinggi, terutama bagi mereka yang paling tidak mampu memenuhi biaya kebutuhan yang lebih tinggi,” tuturnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us