Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pembelian Produk Dalam Negeri Tembus Rp1.428 Triliun, Ini Penyebabnya

Kegiatan Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI),

Jakarta, IDN Times - Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) telah menjadi faktor pendongkrak peningkatan belanja produk dalam negeri dalam empat tahun terakhir. Hal itu juga diperkuat lewat dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022.

Aturan itu mengamanatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta BUMN dan BUMD untuk merencanakan, mengalokasikan, dan merealisasikan paling sedikit 95 persen dari nilai anggaran belanja barang/jasa untuk menggunakan Produk Dalam Negeri (PDN) dan 40 persen di antaranya untuk menggunakan produk Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Koperasi.

Realisasi belanja produk dalam negeri (PDN) pun meningkat cukup signifikan dari 2022 hingga 2024.

"Nilai komitmen pembelian produk dalam negeri pada pengadaan barang/jasa pemerintah tahun 2024 tercatat sebesar Rp1.428,25 triliun. Angka ini berasal dari komitmen dari Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah sebesar Rp585,69 triliun, serta komitmen dari BUMN sebesar Rp842,56 triliun,” tutur Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza dalam keterangannya, dikutip Senin (9/12/2024).

1. Sinergi Gernas BBI dengan Gernas BBWI

Salah satu booth UMKM di acara Persit Bisa (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Sejak 2023, pemerintah telah menyinergikan Gernas BBI dengan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBWI) agar gerakan belanja produk lokal selaras dengan promosi dan ajakan untuk berwisata di Indonesia.

Dengan begitu, pasar-pasar produk UMKM/IKM dapat terbuka semakin lebar bersamaan dengan terbukanya peluang dan potensi perekonomian yang didorongoleh sektor pariwisata.

“Gerakan Bangga Buatan Indonesia bukan sekadar slogan. Ini adalah panggilan untuk mencintai, mendukung, dan membanggakan hasil karya kita sendiri,” ujar Faisol.

Gernas BBI-BBWI pun memiliki beberapa target, di antaranya sebanyak 30 juta UMKM/IKM dapat bertransformasi masuk ke pasar digital, transaksi penjualan IKM yang menjadi target pembinaan bisa mencapai minimal Rp50 miliar per daerah, serta tercapainya 1,2-1,5 miliar perjalanan wisata di Indonesia.

2. Gernas BBI-BBWI di Nusa Tenggara Barat

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza dalam acara penghargaan Gebyar Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) 2024 di Jakarta. (IDN Times/Triyan).

Dengan semangat dan target tersebut Kemenperin bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan Puncak Acara Harvesting Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBI/-BBWI) NTB Ite Begawe Fest 2024.

Atas hal tersebut, Kemenperin memberikan dukungan penuh dalam rangka meningkatkan daya saing produk dan kualitas SDM IKM NTB.

“Dukungan tersebut meliputi fasilitasi dan pendampingan, seperti penguasaan teknologi e-business melalui Program e-Smart IKM, integrasi ke dalam e-katalog LKPP, edukasi dankonsultasi usaha, literasi digital, penyelenggaraan webinar, pendaftaran merek IKM, pendampingan sertifikasi TKDN-IK, desain serta pencetakan kemasan, hingga promosi dan publikasimelalui media sosial,” tutur Faisol.

3. Transaksi tembus Rp8 miliar

Dalam rangka mendorong UMKM naik kelas, OJK Bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggelar kegiatan Harvesting Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBIBBWI) (Dok. PNM)

Kemenperin bersama Pemprov NTB telah melakukan pendampingan kepada 30 IKM NTB sejak 1 September-30 November 2024. Dalam periode pendampingan tersebut, 30 IKM mencatat peningkatan penjualan yang signifikan dibandingkan sebelum pendampingan.

“Dapat saya sampaikan total penjualan 30 IKM BBI NTB 2024 baik secara online maupun offline selama periode pendampingantercatat sebesar Rp 8,01 miliar. Dari angka tersebut, kami mencatat terdapat peningkatan rata-rata penjualan bulanansebesar 168,54 persen jika dibandingkan dengan rata-rata penjualandari 3 (tiga) bulan sebelum dimulainya pendampingan,” tutur Faisol.

Jika ditilik lebih dalam, persentase kenaikan rata-rata penjualan secara online dari 30 IKM tersebut mencapai 375,37 persen.

Faisol menilai, hal tersebut mengindikasikan bahwa dukungan teknologi dalam pemasaran produk IKM secara digital terbukti dapat memperluas akses pasar para pelaku IKM yang berdampak signifikan terhadap nilai penjualannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us