Pertama Sejak 2012, Keseimbangan Primer Surplus Rp92,2 Triliun

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan mencatat, keseimbangan primer Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mengalami surplus Rp92,2 triliun. Surplus ini merupakan yang pertama kalinya sejak 2012 lalu.
"Keseimbangan primer pertama kali surplus sejak 2012. Surplus di 2023 ini enggak kecil karena mencapai Rp92,2 triliun, ini luar biasa. Sebab tahun lalu keseimbangan primer masih defisit Rp74 triliun," ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Selasa (2/2/2024).
Perlu diketahui, keseimbangan primer adalah selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Dengan demikian, jika ditotal pendapatan negara lebih besar daripada belanja negara di luar pembayaran bunga utang, maka keseimbangan primer akan positif. Artinya, masih tersedia dana yang
cukup untuk membayar bunga utang.
1. Surplus keseimbangan primer 2023 lebih baik ketimbang 2019

Lebih rinci, keseimbangan primer pada 2023 sebelumnya didesain defisit sebesar Rp156,8 triliun dalam APBN, kemudian defisitnya diturunkan melalui Perpres 75/2023 menjadi Rp38,5 triliun.
Capaian surplus keseimbangan primer ini pun lebih baik ketimbang posisi sebelum COVID-19 atau tahun 2019, saat itu masih terjadi defisit Rp73,1 triliun.
"Kita waktu ingin membuat surplus keseimbangan primer di 2020 jadi positif tapi COVID-19 datang menghantam ekonomi. Jadi kalau 2023 terjadi surplus Rp92,2 triliun ini adalah turn arround atau pembalikan luar biasa," tegas Sri.
2. APBN 2023 sangat baik dan kredibel

Menkeu menegaskan, kondisi APBN 2023 sangat baik, sehat dan kredibel. Ini tercermin dari berbagai capaian penerimaan dan belanja negara yang melampaui target APBN awal dan Perpres 75/2023.
Lebih detail, APBN 2023 defisit Rp347,6 triliun atau 1,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Turun hingga 24,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Realisasi defisit APBN ini lebih rendah dari yang ditargetkan dalam APBN awal sebesar Rp598,2 triliun dan realisasi defisit APBN ini lebih rendah dari yang ditargetkan dalam APBN awal sebesar Rp598,2 triliun dan Perpres 75/2023 sebesar Rp479,9 triliun. Perpres 75/2023 sebesar Rp479,9 triliun.
"Defisit tadinya 2,84 persen terhadap PDB, kemudian direvisi melalui Perpres 75/2023 sebesar 2,27 persen, ternyata realisasinya 1,65 persen terhadap PDB," ungkap Sri.
Pada awal pandemik COVID-19 di 2020, Indonesia sempat mengalami defisit hingga Rp947,7 triliun atau 6,14 persen terhadap PDB. Pada 2021 defisit APBN mencapai Rp775,1 triliun atau 4,57 persen terhadap PDB dan di tahun 2022 sebesar Rp460,4 triliun atau 2,35 persen terhadap PDB.
"Cerita yang baik dari APBN 2023 terlihat juga dari keseimbangan primer surplus Rp92,2 triliun, bayangkan tadinya kita susun di awal defisit Rp156,8 triliun kemudian kita revisi ke Rp38,5 triliun tapi berakhirnya surplus," ungkap Menkeu.
3. Akhir cerita APBN 2023, husnul khatimah

Bendahara Negara menjelaskan, kinerja pendapatan negara 2023 sangat kuat dengan realisasi Rp2.774,3 triliun atau tembus 105,2 persen dari target Perpres 75/2023 sebesar Rp2.637,2 triliun.
Sementara itu, belanja negara realisasinya Rp3.121,9 triliun atau 100,2 persen dari Perpres 75/2023 sebesar Rp3.117,2 triliun. Belanja negara tercatat tumbuh 0,8 persen (yoy).
"Jadi cerita APBN 2023 the end of journey sejak pandemik. Akhir dari perjalanan sejak shock pandemik terjadi, ditutup dengan husnul khatimah atau sangat baik," ucap Sri Mulyani.