PLN-PGEO Mulai Pengembangan PLTP Co-Generation Lahendong

- Pengembangan PLTP co-generation di Lahendong dimulai
- Tahap konstruksi sipil sudah dimulai, menggunakan sistem binary plant yang memanfaatkan uap bertekanan rendah
- Memanfaatkan sumber panas bumi yang selama ini terbuang untuk efisiensi energi
Minahasa, IDN Times - Pengembangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) co-generation atau binary plant di PLTP Lahendong, Minahasa, Sulawesi Utara dimulai. Pengembangan itu dilakukan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) bersama PT Pertamina Geothermal Energy atau PGE.
PLTP ini akan memanfaatkan uap bertekanan rendah yang tak bisa diolah PLTP konvensional.
1. Sudah memasuki tahap konstruksi sipil

Manager Unit Layanan Pusat Listrik PLTP Lahendong PT PLN IP, H.S.M Saragih mengatakan, pengembangan PLTP co-generation itu sudah memasuki tahap konstruksi sipil. Mulai dari pelaksanaan fisik pembangunan setelah perencanaan selesai, yang meliputi persiapan lokasi, pekerjaan pondasi, hingga struktur utama.
“Kalau update binary itu karena itu dengan PGE [PT Pertamina Geothermal Energy], informasi yang saya terima sekarang sudah lagi mulai pembangunan tahap sipil,” kata Saragih dikutip Jumat, (31/10/2025).
2. Penjelasan sistem binary plant pada PLTP co-generation

Seperti yang disebutkan di atas, PLTP co-generation Lahendong menggunakan sistem binary plant, berbeda dengan PLTP konvensional. Selama ini, PLTP Lahendong unit 1-4 menggunakan uap atau steam bertekanan tinggi secara langsung untuk memutar turbin.
Pada pada sistem binary plant, uap yang digunakan berasal dari sisa panas bumi bertekanan rendah yang tidak dapat diakomodasi oleh sistem utama.
“Kalau binary unit itu sistemnya dengan PLTP panas bumi yang ada sekarang itu berbeda. Jadi untuk binary itu memanfaatkan steam yang tidak bisa terakomodir atau uap yang tidak bisa terakomodir," tutur Saragih.
3. Memanfaatkan uap dari sumur bertekanan rendah

Saragih mengatakan, di wilayah tersebut, ada sumur hasil pengebran yang tekanan uapnya hanya sekitar 5 bar atau bahkan di bawahnya. Uap dengan tekanan rendah tersebut tak bisa digunakan pada PLTP konvensional, karena membutuhkan uap dengan tekanan sekitar 7,5 bar.
Oleh sebab itu, PLN IP dan PGE menggunakan sistem binary untuk memanfaatkan sumber panas dengan tekanan rendah itu. Meski kapasitas pembangkitnya tidak sebesar PLTP konvensional, namun nilainya tetap efisien karena memanfaatkan energi panas bumi yang selama ini terbuang.
“Binary itu sistemnya dia memanaskan ada semacam seperti bahan bakar yang dipanaskan oleh steam tadi untuk memutar turbin, jadi tidak langsung otomatis dari steam itu dilakukan memutar turbin seperti yang ada sekarang. Itu ada prosesnya dulu," ujar Saragih.



















