Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Dilibas Dolar AS, OJK Minta Masyarakat Tetap Tenang

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • OJK meminta masyarakat tetap tenang di tengah penguatan dolar AS yang disebabkan oleh eskalasi konflik Iran dan Israel.
  • Penguatan dolar AS tak berpengaruh langsung pada permodalan perbankan Indonesia, karena masih dapat dimitigasi dengan baik.

Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat tetap tenang di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang makin menekan rupiah.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae,  ketenangan diperlukan dalam menghadapi dampak guncangan (shock) geopolitik global yang terjadi akibat eskalasi konflik Iran dengan Israel.

“Ketenangan dan rasionalitas dari masyarakat, serta koordinasi antar-otoritas terkait merupakan faktor kunci dalam menghadapi dinamika perekonomian global yang saat ini terjadi,” kata Dian, dikutip dari keterangan resmi OJK, Jumat (19/4/2024).

1. Penguatan dolar AS dinilai tak berdampak langsung ke modal perbankan

uang Rupiah Indonesia (pexels.com/EmAji)

OJK menilai penguatan dolar AS tak memberikan pengaruh langsung pada permodalan perbankan. Bahkan, menurut OJK, masih dapat dimitigasi dengan baik.

Berdasarkan hasil uji ketahanan (stress test) yang dilakukan OJK, penguatan dolar AS tak signifikan berpengaruh langsung terhadap permodalan bank. Ini mengingat posisi devisa neto (PDN) perbankan Indonesia yang masih jauh di bawah threshold dan secara umum dalam posisi PDN long (aset valas lebih besar dari kewajiban valas).

Bantalan permodalan perbankan yang cukup besar (Capital Adequacy Ratio/CAR yang tinggi) diyakini mampu menyerap fluktuasi nilai tukar rupiah maupun suku bunga yang masih tertahan relatif tinggi.

2. OJK sebut penguatan dolar untungkan kegiatan ekspor komoditas

ilustrasi hilirisasi nikel (dok. WALHI)

Adapun porsi Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk valuta asing (valas) saat ini sekitar 15 persen dari total DPK perbankan. Sampai akhir Maret 2024, DPK valas masih tumbuh cukup baik secara tahunan (yoy) maupun dibandingkan dengan awal 2024 (ytd).

OJK juga menilai penguatan dolar AS dapat memberikan efek positif terhadap ekspor komoditas dan turunannya.

Karena itu diharapkan dapat mengimbangi penarikan dana nonresiden dan mendorong industri domestik meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri pada proses produksinya.

OJK melakukan pengawasan secara optimal untuk memastikan berbagai risiko akibat pelemahan nilai tukar maupun suku bunga yang relatif tinggi terhadap masing-masing bank termitigasi dengan baik.

OJK juga meminta bank selalu melakukan pemantauan terkait potensi dampak transmisi dari perkembangan perekonomian global dan domestik terhadap kondisi bank dan melakukan langkah mitigasi yang diperlukan.

OJK pun berkoordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yakni Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) untuk mengeluarkan kebijakan yang dibutuhkan tepat waktu.

3. Penyebab penguatan dolar AS versi OJK

ilustrasi Iran vs Israel (IDN Times/Aditya Pratama)

Dian mengatakan, penguatan dolar AS yang terjadi terhadap seluruh mata uang secara global, tercermin dari Dollar Index yang mencatatkan tren kenaikan sejak akhir Maret 2024.

Beberapa faktor yang memengaruhi penguatan dolar AS, antara lain kebijakan suku bunga high for longer yang masih berlanjut di tengah kuatnya perekonomian AS, namun bersamaan dengan laju inflasi AS yang masih cukup jauh dari target 2 persen.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Bank Sentral AS, Federal Reserve (the Fed), yang menyatakan belum akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan terus melihat perkembangan data-data perekonomian ke depan.

Sementara itu, tensi geopolitik yang meningkat di Timur Tengah setelah konflik langsung Iran dengan Israel menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang makin meluas dan dapat membebani perekonomian dunia, tqerutama dari kenaikan harga komoditas energi dan mineral utama serta kenaikan biaya logistik seiring terganggunya jalur perdagangan utama akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.

Peningkatan tensi geopolitik dan ketidakpastian global ini menyebabkan dolar AS yang merupakan salah satu safe haven asset terus diburu para pelaku pasar dan mendorong penguatannya lebih lanjut.

Di sisi lain, perekonomian domestik juga terpengaruh oleh situasi geopolitik eksternal sebagaimana terlihat dari data inflasi Indonesia pada Maret 2024 yang tercatat sebesar 0,52 persen secara month-to-month (mtm) atau 3,05 persen secara year on year (yoy).

Angka itu meningkat dibandingkan 2,75 persen (yoy) pada Februari 2024, meskipun masih tetap dalam rentang target yang ditetapkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us