Rupiah Diramal Bertahan di Level Rp16.300 hingga Akhir 2025

- HSBC Global Private Banking memperkirakan rupiah akan mencapai Rp16.300 per dolar AS pada akhir tahun 2025.
- Bank Indonesia diperkirakan akan melakukan tiga penurunan suku bunga acuan di tahun 2025, turun menjadi 5,25 persen pada Juni.
Jakarta, IDN Times - HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) menilai kurs rupiah masih menghadapi tekanan di tahun ini. Diperkirakan mata uang Garuda akan berada di level Rp16.300 per dolar AS, seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat).
Meski demikian, Chief Investment Officer, Southeast Asia and ASEAN for Private Banking and Wealth Management HSBC, James Cheo optimistis laju rupiah masih akan menarik bagi investor pasar uang karena imbal hasil yang ditawarkan.
"Kami memperkirakan nilai tukar rupiah akan mencapai Rp16.300 per dolar AS pada akhir tahun," ujarnya, dikutip Jumat (10/1/2025).
Adapun berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di level Rp16.206 per dolar AS pada Jumat (10/1/2025) pagi. Rupiah menguat 11 poin atau 0,07 persen dari perdagangan sebelumnya.
1. BI dipoyeksi pangkas suku bunga acuan 3 kali

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) diperkirakan melakukan tiga kali penurunan suku bunga acuan di tahun 2025, yaitu 35 basis poin di kuartal pertama dan 50 basis poin pada kuartal II. Dengan demikian, suku bunga acuan akan turun menjadi 5,25 persen pada Juni dari 6 persen saat ini.
"Penurunan suku bunga BI di awal tahun ini memperkuat rekomendasi kami untuk berinvestasi lebih banyak pada obligasi rupiah dan obligasi berkualitas tinggi yang diterbitkan oleh BUMN,” tutur James.
2. Prospek ekonomi RI tetap solid

Selain itu, optimisme terhadap rupiah juga akan ditunjang kondisi perekonomian Indonesia pada 2025, yang kemungkinan besar diuntungkan dari kombinasi antara pembangunan infrastruktur, diversifikasi ekspor, dan konsumsi domestik yang kuat.
"Kebijakan pemerintah yang berkelanjutan menjadi faktor kunci. Ekonomi Indonesia kemungkinan akan mengalami investasi yang signifikan di bidang infrastruktur dan permintaan domestik yang sehat," ujarnya.
3. Laju manufaktur pulih dan inflasi tetap di bawah target BI

Ia menjelaskan, aktivitas manufaktur di Indonesia yang tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan. Menurut James, inflasi diperkirakan akan tetap di bawah level tengah target BI sebesar 2,5 persen, dan kebijakan fiskal yang cermat akan memberikan fondasi yang stabil untuk pertumbuhan.
Defisit fiskal diproyeksikan oleh HSBC juga tetap di bawah 3 persen dari PDB, yang memungkinkan pemerintah untuk mempertahankan belanja infrastruktur dan kesejahteraan sosial.