Rupiah Ditutup Stagnan ke Level Rp14.372 per Dolar AS

Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak berubah alias stagnan pada penutupan perdagangan sore ini, Rabu (18/8/2021).
Dikutip dari Bloomberg, rupiah ditutup stagnan di level Rp14.372 per dolar AS sore ini. Pada penutupan sebelumnya rupiah juga berada di level Rp14.372 per dolar.
Pada perdagangan pagi tadi, rupiah dibuka di level Rp14.387 per dolar AS.
1. Peningkatan wabah COVID-19 pengaruhi rupiah

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh dolar yang sedikit melemah terhadap mata uang lainnya, tetapi tetap pada level yang tinggi.
Ia menyebut hal ini terjadi karena kekhawatiran pertumbuhan global, yang disebabkan oleh wabah COVID-19 yang sedang berlangsung, mendorong para pedagang untuk mengurangi posisi mereka atas mata uang yang lebih berisiko.
Selain itu, investor juga fokus pada penjualan ritel AS yang tercatat turun 1,1 persen pada Juli, jauh lebih banyak dari perkiraan penurunan 0,3 persen, menurut data yang dirilis Selasa.
“Ini menambah angka pertumbuhan yang mengecewakan dari China di awal minggu, menyebabkan para pedagang mempertanyakan profil pertumbuhan global karena banyak negara berjuang untuk menangani wabah COVID-19 terbaru,” jelasnya.
2. Investor fokus ke Federal Reserve AS

Ibrahim lebih lanjut mengatakan bahwa investor sekarang fokus pada risalah dari pertemuan terbaru Federal Reserve AS, yang akan dirilis di kemudian hari. Mereka mencari petunjuk waktu bank sentral untuk pengurangan aset dan kenaikan suku bunga.
“The Fed juga akan mengadakan simposium Jackson Hole di minggu berikutnya, yang juga dapat memberikan lebih banyak petunjuk,” kata Ibrahim. “Terutama karena banyak pelaku pasar mengharapkan bank sentral mengumumkan rencana untuk mengurangi pembelian obligasi baik pada pertemuan kebijakan September atau November.”
Langkah penarikan tentara AS juga menarik perhatian investor karena itu bisa menimbulkan kekacauan berikutnya, menjembatani perpecahan partisan karena mereka yang mendukung penarikan mengkritik cara eksekusi yang terlalu tiba-tiba dan tidak tepat.
“Keadaan yang sangat penuh gejolak ini akan menodai kepresidenan Biden secara permanen dan bahkan komentator pro-Biden mengatakan keadaan ini akan menciptakan krisis kompetensi,” ujarnya.
3. Faktor internal

Dari sisi internal, pelaku pasar mencermati data Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca perdagangan pada Juli 2021 mengalami surplus sebesar 2,59 miliar dolar AS. Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan surplus pada Juni 2021 sebesar 1,32 miliar dolar AS, tetapi masih lebih rendah dari surplus neraca dagang Juli 2020 yakni 3,26 miliar dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar merespon positif Pidato Nota Keuangan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo mengenai APBN 2022 yang dirancang antisipatif, responsif, dan fleksibel sebagai instrumen pemulihan ekonomi dan menghadapi berbagai ketidakpastian ke depan.
“Meski ekonomi diprediksi membaik di tahun 2022, pemerintah akan terus berhati-hati terhadap risiko ketidakpastian yang masih tinggi, baik itu yang berasal dari tidak meratanya pemulihan ekonomi secara global maupun risiko ketidakpastian penanganan pandemi,” jelasnya.
Ibrahim mengatakan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat terbatas di rentang Rp14.360-Rp14.390.