Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Loyo ke Rp15.425,5 per Dolar AS,  Imbas Data Inflasi AS

Ilustrasi grafik (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi grafik (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah tipis pada pembukaan perdagangan, Kamis (12/9/2024).

Mata uang Garuda mengawali perdagangan di level Rp15.425,5 per dolar AS. Dikutip Bloomberg, rupiah melemah 23,50 poin atau 0,15 persen dibandingkan penutupan kemarin di level Rp15.402 per dolar AS. 

1. Sejumlah mata uang kompak melemah terhadap dollar AS

Mata uang di kawasan, kompak melemah terhadap dollar AS, dengan rinciannya:

- Bath Thailand melemah 0,20 persen
- Ringgit Malaysia melemah 0,08 persen
- Peso Filipina melemah 0,26 persen
- Dolar Taiwan melemah 0,02 persen
- Dolar Singapura melemah 0,02 persen

2. Rupiah bakal melemah seharian

Pengamat Pasar Uang, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah seharian terhadap dolar AS, setelah data inflasi AS menunjukkan inflasi inti yang masih bertahan tinggi, meski inflasi umum telah menurun. 

"Ini mengecilkan kemungkinan pemangkasan 50bps oleh The Fed minggu depan. Namun perlemahan akan terbatas dan rupiah berpotesi berbalik menguat, melihat sentime risk on di pasar ekuitas sekitar Rp15.250-Rp15.500 per dolar AS," ucapnya kepada IDN Times. 

3. Data inflasi AS pengaruhi prospek kebijakan The Fed

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyampaikan data inflasi AS menjadi faktor penting yang akan memengaruhi prospek kebijakan suku bunga The Fed.

Diperkirakan, inflasi akan sedikit menurun pada Agustus yang akan menjadi pertimbangan utama bagi Federal Reserve dalam pertemuan mendatang.

Pengumuman data CPI terjadi hanya seminggu sebelum pertemuan Federal Reserve, di mana bank sentral AS diharapkan akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin.Minggu lalu, ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih kecil, yakni 25 basis poin, menyebabkan gejolak di pasar saham, menyusul tanda-tanda bahwa ekonomi AS masih cukup tangguh.

"Selain itu, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump berhadapan dalam debat sengit. Debat tersebut menimbulkan lebih banyak keraguan atas pemilihan Presiden 2024, dengan waktu kurang dari dua bulan tersisa hingga pemungutan suara," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us