Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sinyal Dovish dari The Fed Muncul Lagi, Rupiah Pekasa Sore Ini

Sinyal Dovish dari The Fed Muncul Lagi, Rupiah Pekasa Sore Ini
Ilustrasi rupiah (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Intinya sih...
  • Nilai tukar rupiah menguat 42 poin atau 0,25 persen ke Rp16.657 per dolar AS sore ini.
  • Sinyal dovish dari The Fed muncul lagi, dipicu oleh pelemahan pasar tenaga kerja AS yang memperkuat desakan agar The Fed menurunkan Fed Fund Rate (FFR).
  • Rupiah diprediksi melemah besok karena pembengkakan belanja pemerintah yang berpotensi meningkatkan defisit APBN.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menguat terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Senin, (25/11/2025).

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah ditutup menguat 42 poin atau 0,25 persen ke Rp16.657 per dolar AS sore ini. Hari ini, kurs rupiah bergerak di rentang Rp16.652-16.675 per dolar AS.

Pagi tadi, mata uang Garuda dibuka melemah 25 poin ke level Rp16.674 per dolar AS.

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah menyentuh Rp16.667 per dolar AS.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan kurs rupiah pada penutupan perdagangan kemarin, Senin, (24/11), yang berada di level RpRp16.709 per dolar AS. Data JISDOR BI menunjukkan rupiah mengalami penguatan pada sore ini dibandingkan pekan kemarin.

2. Sinyal dovish dari The Fed muncul lagi

Menurut analis pasar keuangan, Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan dolar AS sore ini disebabkan sinyal pelonggaran suku bunga acuan alias dovish dari Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) muncul kembali. Hal itu didorong oleh pelemahan pasar tenaga kerja AS yang memperkuat desakan agar The Fed menurunkan Fed Fund Rate (FFR).

“Komentar dari Gubernur Fed Christopher Waller yang mendukung penurunan suku bunga di bulan Desember, senada dengan komentar Jumat lalu dari Presiden Fed New York, John Williams, yang mengatakan bahwa penurunan suku bunga di bulan Desember dimungkinkan karena pasar tenaga kerja yang melemah,” kata Ibrahim dalam keterangannya.

Lead Country Economist untuk Indonesia dan Timor Leste di Bank Dunia, David Knight sebelumnya mengatakan, saat negara-negara maju, termasuk AS mengarah pada pelonggaran kebijakan moneter, biasanya akan memicu arus modal masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sayangnya, dikarenakan ada ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang dan tensi geopolitik, hal itu tidak terjadi tahun ini.

“Dalam kondisi normal, kebijakan moneter longgar biasanya memicu capital inflow ke negara-negara berkembang. Tetapi ketidakpastian geopolitik dan tarif membuat situasinya jauh lebih beragam,” tutur David Knight kemarin.

Namun, menurutnya, nilai tukar rupiah masih bisa bertahan di tengah kondisi tersebut karena kebijakan responsif dari Bank Indonesia (BI).

“Ini bukan hanya karena kebijakan bank sentral yang responsif, tetapi juga mencerminkan fundamental makro Indonesia yang kuat,” ujar David Knight.

3. Rupiah diprediksi melemah besok

Kembali ke Ibrahim, dia menyoroti kondisi dalam negeri yang bisa memicu pelemahan rupiah, yakni pembengkakan belanja pemerintah yang berpotensi meningkatkan defisit APBN.

Pada September 2025, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengumumkan target defisit APBN tahun depan naik dari 2,48 persen menjadi 2,68 persen.

“Defisit anggaran dinaikkan karena pemerintah ngotot menjalankan program prioritas tahun depan, di antaranya Makan Bergizi Gratis dan Koperasi Desa Merah Putih,” ujar Ibrahim.

Oleh sebab itu, Ibrahim memprediksi kurs rupiah bisa melemah pada perdagangan besok, Rabu (26/11), seperti yang terjadi pagi tadi.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.650 - 16.700,” tutur Ibrahim.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Indodax Umumkan Kerja Sama Pengembangan Tokenisasi Aset Nyata

25 Nov 2025, 16:52 WIBBusiness