Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, penurunan aktivitas ekonomi selama pandemik COVID-19 membawa berkah tersendiri bagi perubahan iklim yang terjadi secara global.

"Aktivitas ekonomi seluruh masyarakat di dunia juga mengalami restriksi atau penurunan maka dampaknya terhadap perubahan iklim cukup baik, yaitu turunnya emisi CO2 secara global sebesar 6,4 persen pada tahun 2020," kata Sri Mulyani, dalam pidato kuncinya yang membuka Webinar Green Economy Outlook 2022, Selasa (22/2/2022).

1. Pandemik buat ekonomi terpuruk, tapi baik bagi iklim

Ilustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Pandemik COVID-19 yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir ini memberikan pukulan telak bagi perekonomian akibat berhentinya aktivitas atau kegiatan masyarakat.

Namun, lain halnya dengan iklim yang justru mengalami perbaikan seiring dengan berhentinya aktivitas masyarakat tersebut. Turunnya emisi CO2 secara global sebesar 6,4 persen itu setara dengan 2,3 miliar ton emisi CO2.

Kendati begitu, Sri Mulyani melihat kenyataan itu bukan sebagai satu hal yang menjadi pilihan bagi masyarakat.

"Ini bukan suatu kejadian atau kondisi yang diinginkan di mana masyarakat dunia harus memilih antara menyelamatkan dunia dari climate change atau menyelematkan kehidupan dan juga kondisi kesejahteraan masyarakat," katanya.

2. Kerja sama global dibutuhkan dalam penanganan krisis akibat perubahan iklim

Presiden Jokowi dan PM Inggris Boris Johnson di KTT COP26. (dok. Biro Pers Kepresidenan)

Oleh karena itu, Sri Mulyani menegaskan, penanganan krisis akibat perubahan iklim yang terjadi saat ini tidak bisa hanya dilakukan oleh Indonesia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menyoroti pentingnya kerja sama global dalam upaya penanganan krisis akibat perubahan iklim.

"Persoalan perubahan iklim tidak bisa diselesaikan satu negara sendiri. Kerja sama internasional merupakan keharusan karena ini ancaman bagi dunia, bukan ancaman bagi satu negara," kata Sri Mulyani.

3. Dampak perubahan iklim bakal segila COVID-19

Ilustrasi perubahan iklim (Unsplash/Ciprian Morar)

Kerja sama global dalam upaya penanganan krisis akibat perubahan iklim sangat penting mengingat dampak dari perubahan iklim bisa seperti pandemik COVID-19.

"Climate change merupakan global disaster yang magnitude-nya akan sama seperti pandemik COVID-19. Perubahan iklim adalah global threat atau ancaman global yang nyata dan sudah dipeajari oleh berbagai ilmuwan yang menggambarkan dunia ini mengalami pemanasan global," tutur Sri Mulyani.

Ke depan, kata Sri Mulyani, seiring dengan negara-negara yang semakin sejahtera maka pembangunan akan kian masif dan tekanan terhadap sumber daya alam (SDA) bakal semakin nyata.

"Seluruh kegiatan manusia juga makin menghasilkan CO2 emmission atau emisi karbon yang mengancam dunia dalam bentuk kenaikan suhu," ujarnya.

Tak heran jika kemudian banyak negara di dunia yang berlomba-lomba menghindarkan dunia dari kenaikan temperaturnya sebesar 1,5 derajat agar tak terjadi implikasi katastropik yang membahayakan.

Editorial Team