Stafsus Erick Bantah Proyek Kereta Cepat Whoosh Bikin WIKA Boncos

- Stafsus Menteri BUMN bantah proyek Whoosh jadi penyebab kerugian WIKA.
- Jumlah perjalanan dan penumpang Kereta Cepat Whoosh terus meningkat, menunjukkan perkembangan yang baik.
Jakarta, IDN Times - Staf Khusus (Stafsus) Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulilngga membantah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh menjadi salah satu penyebab PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA rugi.
Menurutnya, selama proyek Whoosh berjalan, maka tak bisa disebut sebagai kerugian yang dialami WIKA.
Sebagai informasi, WIKA merupakan anggota konsorsium BUMN alias PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) di proyek Whoosh. WIKA mengantongi 39,12 persen saham PSBI.
“Dia kan untuk bisnis, kalau misalnya bikin rugi kalau perusahaannya Kereta Cepat-nya gak jalan,” kata Arya di kantor Perum Perhutani, Jakarta, Senin (14/7/2024).
1. Kereta Cepat terus berkembang

Menurut Arya, proyek Kereta Cepat Whoosh sudah menunjukkan perkembangan yang baik. Sebab, saat ini jumlah perjalanan kereta dan juga penumpang per hari terus meningkat.
“Target kita 60-an untuk trayek (perjalanan kereta per hari), sekarang masih 40-an, bertahap kan. Target awal 30 ribuan (penumpang per hari), sekarang 21 ribuan (per hari),” ucap Arya.
2. Pengorbanan WIKA di awal-awal proyek hal yang wajar

Menurut Arya, sebuah proyek yang baru berjalan tak mungkin bisa langsung mencapai target jangka panjang. Oleh sebab itu, kata dia, pengorbanan dari investasi yang dilakukan WIKA adalah hal yang wajar.
“Ya enggak mungkin tiba-tiba, ya orang jualan masa langsung tercapai, ya dia bertahap. Tapi kan sekarang sudah bagus,” tutur Arya.
3. Proyek Kereta Cepat jadi salah satu penyumbang kerugian WIKA pada 2023

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito sebelumnya mengatakan, perusahaan mengalami kerugian besar tahun lalu. Adapun salah satu penyumbang kerugiannya ialah proyek Kereta Cepat Whoosh.
Faktor tingginya beban bunga di proyek tersebut juga menyebabkan kerugian besar bagi WIKA.
“Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau kita belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun, sehingga hampir Rp12 triliun," kata Agung Budi dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Senin (8/7/2024).
WIKA pun harus mengajukan pinjaman dengan menerbitkan obligasi, yang menimbulkan beban keuangan hingga Rp11 triliun.
"Sehingga memang dengan pinjaman yang cukup besar ini di dalam laporan tadi ada dua komponen. Yang pertama adalah beban bunga yang memang cukup tinggi. Yang kedua adalah beban lain-lain, di antaranya mulai tahun 2022 itu kita juga sudah mulai mencatat adanya kerugian dari PSBI atau Kereta Cepat yang tiap tahun juga cukup besar," tutur Agung.