Sumber Kekayaan Prajogo Pangestu, Hartanya Tembus Rp1.134 Triliun

- Prajogo Pangestu menduduki peringkat ke-23 sebagai orang terkaya di dunia
- Kekayaan bersihnya tembus 71,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.134,4 triliun (kurs Rp15.955 per dolar AS)
Jakarta, IDN Times - Harta kekayaan taipan Prajogo Pangestu terus melesat.Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, Jumat (17/5/2024) malam, kekayaan bersihnya tembus 71,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.134,4 triliun (kurs Rp15.955 per dolar AS).
Lantas, dari mana sumber kekayaan orang terkaya di Indonesia tersebut?
1. Prajogo Pangestu di peringkat 23 orang terkaya dunia

Konglomerat yang menginjak usia 80 tahun ini menduduki peringkat kedua sebagai orang terkaya di Indonesia pada tahun lalu versi Forbes. Sementara tahun ini, Prajogo berada di peringkat teratas.
Sementara secara global, dia berada di posisi ke-23. Prajogo tepat berada di bawah pewaris Walmart, Alice Walton di peringkat 21, dan pewaris Reuters, David Thomson di urutan 22 orang terkaya dunia.
2. Sumber kekayaan Prajogo Pangestu

Beberapa sumber kekayaan Prajogo Pangestu berasal dari sejumlah perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonseia (BEI), seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT), perusahaan petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan emiten batu bara PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
1. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
Barito Pacific Timber telah melakukan go public pada 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007. Pada tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI.
Lini bisnis BRPT, meliputi petrokimia, properti, logistik, investasi, dan pembuatan perekat untuk papan partikel. Perseroan juga bekerja sama dengan Indonesia Power, anak perusahaan PLN dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga uap dengan teknologi pengurangan emisi.
2. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA)
Kesuksesan dari perusahaan pertamanya tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Diketahui, perusahaan ini merupakan bagian dari Barito Group yang fokus pada segmen petrokimia dan infrastruktur. Perusahaan ini mengoperasikan satu-satunya pabrik Naphtha Cracker yang memproduksi olefin dan poliolefin berkualitas tinggi dan merupakan satu-satunya produsen styrene monomer dan butadiene dalam negeri.
3. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) adalah perusahaan induk yang bergerak di sektor pertambangan mineral dan energi. CUAN didirikan di Jakarta pada 2008.
Melalui anak-anak usahanya, perusahaan ini memiliki dua konsesi pertambangan batu bara di Kalimantan, serta berencana untuk mengembangkan usahanya ke konsesi pertambangan emas di Nusa Tenggara Barat. CUAN belum lama ini telah mengakusisi dua perusahaan tambang batu bara, yaitu PT Borneo Bangun Banua (B3) dan PT Borneo Bangun Banua Bestari (B4).
4. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)
Prajogo menguasai 45,84 persen saham BREN secara tidak langsung dan merupakan pengendali perusahaan tercatat. BREN sendiri baru melantai di bursa beberapa bulan yang lalu.
Perusahaan ini berfokus pada strategi jangka panjang untuk menyediakan energi yang lebih bersih dan emisi yang lebih rendah. Perusahaan ini memulai operasinya melalui anak perusahaannya, Star Energy Geothermal Group, sebuah produsen energi panas bumi. Perusahaan kini memiliki tiga aset panas bumi di Jawa Barat dengan kapasitas 886 MW, yang merupakan 38 PERSEN pangsa pasar energi panas bumi di Indonesia.
3. Profil singkat Prajogo Pangestu

Prajogo lahir pada 13 Mei 1944 di Sungai Betung, Bengkayang, Kalimantan Barat. Dia putra seorang pedagang karet, Bernama Phang Siu On.
Prajogo hanya menyelesaikan Pendidikan di SMP Nan Hua, sekolah Mandarin di Singkawang, Kalimantan Barat. Setelah itu, dia ke Jakarta untuk bekerja. Namun dia kembali ke kampung halamannya karena tak kunjung mendapat pekerjaan.
Kemudian, Prajogo menjadi sopir angkutan umum rute Singkawang-Pontianak. Tak lama dia berhenti dan menjajal berbisnis kebutuhan dapur, mulai dari ikan asin hingga bumbu-bumbuan.
Pada 1960-an, Prajogo berkenalan dengan Bong Sun On atau Burhan Uray, pengusaha kayu asal Sarawak, Malaysia. Burhan bisa masuk ke Indonesia lewat Pontianak karena sedang marak penyelundupan kayu dari Malaysia saat itu.
Sekitar 1970-an, Burhan memindahkan perusahaannya, PT Djajanti dari Pontianak ke Banjarmasin. Burhan kala itu, mempromosikan Prajogo untuk menjabat posisi General Manager PT Nusantara Plywood di Gresik.
Setelah itu, dia menjalankan bisnis perkayuan pada akhir tahun 1970an, dengan mendirikan Barito Pacific Timber. Perusahaan ini go public pada 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.
Setelah itu, dia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan sejumlah perusahaan hingga mengantarkannya menjadi orang terkaya di negeri ini.