[WANSUS] Mendulang Ratusan Juta Rupiah dari Komoditas Tempe

Disulap jadi keripik kekinian

Jakarta, IDN Times - Kreativitas anak muda memang tidak ada batasnya. Banyak ide yang dapat dikembangkan untuk mendulang pundi-pundi rupiah seperti yang dilakukan oleh Arnold Wirakusuma, pemilik bisnis kripik tempe Arva Indonesia.

Bisnis yang dia dirikan itu bergelut pada bidang makanan, khususnya produk olahan tempe yang disulap menjadi kripik dengan rasa dan kemasan kekinian.

Arva Premium Crispy Snack lahir dari resep tradisional yang dipadukan dengan cita rasa yang kaya sehingga menghasilkan camilan yang berkelas. Salah satu misi Arva adalah membantu produsen tempe lokal untuk melestarikan produk mereka.

Nah, komoditas tempe yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari ini bisa menghasilkan omzet hingga ratusan juta rupiah tiap bulannya.

Arva Indonesia melihat tempe memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Tempe memadukan nilai tradisional dan budaya. Pihaknya mengemban misi untuk melestarikan kuliner tradisional tersebut dan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi.

Dalam wawancara bersama IDN Times, Wirakusuma membagikan rahasia akan renyahnya bisnis kripik tempe. Untuk lebih jelasnya, berikut wawancara lengkap IDN Times bersama Wirakusuma.

Baca Juga: Peluang Bisnis Thrifting dan Cara Memulainya

Bisa diceritakan tentang bisnis Arva Indonesia, bagaimana awal mulanya?

[WANSUS] Mendulang Ratusan Juta Rupiah dari Komoditas TempeArnold Wirakusuma, pemilik bisnis kripik tempe Arva Indonesia. (dok. Arva Indonesia)

Saat itu, kebetulan saya dengan istri saat melakukan riset terlebih dahulu sebelum pandemik, awalnya di tahun 2018, kami melakukan riset terkait produk tempe ini sendiri. Jadi ternyata banyak diminati dan akhirnya kami mencoba untuk membuat beberapa varian, dan puncaknya saat kemarin terjadi pandemik, karena kami banyak waktu luang di rumah akhirnya kami mulai memproduksi seperti itu. J

adi di tahun 2020 kami mulai memproduksi Arva ini sendiri dan mulai dipasarkan pertama kali itu melalui online. Sebelum online kami melakukan pendekatan, karena kami kebetulan dari Yogyakarta, jadi kami melakukan pendekatan ke pasar-pasar yang ada di Yogyakarta terlebih dahulu. Jadi seperti toko-toko dan lain sebagainya.

Kenapa memilih komoditas tempe?

[WANSUS] Mendulang Ratusan Juta Rupiah dari Komoditas TempeIlustrasi tempe bungkus daun (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Karena kebetulan di daerah kami banyak pengrajin tempe dan kami juga kebetulan suka produk tempe, setiap hari makanan sehari-hari kamu tempe dan juga untuk tempe sendiri kami melihat potensinya cukup besar dan juga banyak petani-petani lokal yang kami rasa harus bisa dibantu. Jadi kami melestarikan budaya Indonesia untuk membawa ke luar negeri, pasar luar.

Awal mula merintis bisnis ini butuh modal berapa?

Modalnya saat itu juga hanya dari industri rumah tangga, jadi hanya di rumah sendiri yang modelnya hanya peralatan, mungkin Rp10 juta lah, pakai peralatan dapur. Ternyata saat diminati banyak pasar sehingga kami tingkatkan lagi untuk pembelian alat dan sebagainya.

Dulu kami memproduksi kapasitasnya di awal itu hanya 50 sampai 100 pcs per hari. Itu saja produksinya kurang lebih memakan waktu hingga tengah malam. Untuk saat ini bisa mencapai 1.500 hingga 2.000 pcs.

Kompetitornya sudah banyak yang menjual produk serupa?

[WANSUS] Mendulang Ratusan Juta Rupiah dari Komoditas TempeArnold Wirakusuma, pemilik bisnis kripik tempe Arva Indonesia. (dok. Arva Indonesia)

Awal mulanya belum ada ya karena kebetulan kami segmennya adalah ke premium karena rasanya kami juga kebetulan kami ini fokusnya adalah di LTR choice of snack, jadi tidak ada MSG, tidak ada bahan pengawet bahan yang kami gunakan.

Jadi kami semua menggunakan bahan-bahan yang natural. Dan kami tidak digoreng dan kami dipanggang, dan saat ini mungkin sudah ada yang meniru kami ya karena kebetulan saat itu kami yang pertama yang pionir di Indonesia dan juga yang pertama di dunia untuk kripik tempe rasa truffle.

Omzet per bulan berapa dari penjualan kripik tempe ini?

Ya kurang lebih di range Rp200 juta sampai Rp300 juta per bulan.

Yang membuat bisa bertahan sampai sejauh ini kualitas produk maupun inovasi produk ya karena kami sudah ada lima varian rasa, yang pertama adalah truffle, kedua mala, ketiga honey butter, keempat himalayan salt basil, kelima black sesame. Truffle itu best seller kami.

Tips buat anak-anak muda untuk membangun bisnis supaya bisa sukses?

[WANSUS] Mendulang Ratusan Juta Rupiah dari Komoditas TempeArnold Wirakusuma, pemilik bisnis kripik tempe Arva Indonesia. (dok. Arva Indonesia)

Yang pasti harus berani mencoba, jangan rangku jika ada kegagalan dicoba kembali. Jadi intinya pantang menyerah, lalu harus memiliki jiwa kreativitas yang tinggi dalam arti inovasi dan juga membuka luas pikiran dan wawasan ataupun peraturan juga referensi, masukan-masukan, dan harus bisa menerima kritik dan saran untuk pengembangan ke depannya ya.

Jadi kalau punya dedikasi yang tinggi, pantang menyerah itu juga akan bisa sukses ke depan. Karena kami awalnya juga tidak menyangka omzet kami saat awal satu hingga tiga bulan pertama itu hanya sekian bulan mungkin omzet di bawah Rp30 juta, dari industri rumah tangga hingga saat ini kami sudah bisa berdiri sendiri. Dan saat ini kami sedang melakukan pengembangan ke depannya. Jadi jangan mudah berpuas diri.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya