Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tukang Las Proyek Kereta Cepat dari China, DPR: Pekerja RI Mampu!

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KJCB) oleh PT KCIC (IDN Times/Hana Adi Perdana)
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KJCB) oleh PT KCIC (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi IX DPR RI, Kurniasih Mufidayati dari fraksi PKS meminta PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengutamakan tenaga kerja dari Indonesia dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dalam hal ini, Mufida menyoroti PT KCIC yang mendatangkan tukang las dari China untuk proyek KCJB.

Menurut dia, banyak tenaga kerja Indonesia yang telah diakui kemampuannya dalam mengerjakan proyek infrastruktur di luar negeri.

"Kita pernah kirim 1.500 PMI (Pekerja Migran Indonesia) untuk mengerjakan proyek infrastruktur di beberapa negara. Termasuk mengirim 500 PMI ahli untuk proyek pembangkit listrik di beberapa negara seperti Irak, Bangladesh dan Vietnam. Artinya tenaga kerja kita itu mampu dan diakui dunia," kata Mufida dalam keterangan resminya, Jumat (11/2/2022).

1. Banyak pekerja Indonesia di PHK

Ilustrasi PHK. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi PHK. (IDN Times/Aditya Pratama)

Mufida mengatakan saat ini banyak pekerja Indonesia yang kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja (PHK). Oleh sebab itu, proyek-proyek di Indonesia harus tetap mengutamakan pekerja lokal.

"Yang kita harapkan optimasi tenaga kerja Indonesia karena memiliki potensi yang sangat besar apalagi di tengah pandemi banyak yang terdampak, kena PHK atau pengurangan pendapatan," ucap Mufida.

2. Pekerja Indonesia harus jadi pendamping TKA

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KJCB) oleh PT KCIC (IDN Times/Hana Adi Perdana)
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KJCB) oleh PT KCIC (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Di sisi lain, apabila ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh tenaga kerja asing (TKA), menurut dia harus didampingi tenaga kerja Indonesia untuk bisa dilaksanakan alih teknologi.

"Pertanyaannya untuk TKA disini, apakah dipatuhi ada tenaga kerja pendamping untuk alih teknologi?" ucap Mufida.

Soal alih teknologi, Mufida mengatakan sejak awal pengajuan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), pemerintah seharusnya sudah tahu peruntukan TKA di Indonesia untuk pekerjaan tertentu. Sehingga di awal bisa diantisipasi dengan mengirim tenaga kerja Indonesia belajar metode dengan cara upskilling dan reskilling.

Dalam kasus tukang las, Mufida menyebut pemerintah punya pusat pelatihan khusus las yang terbukti menelurkan alumni yang mumpuni denagn sertifikasi nasional dan internasional. Selain itu Balai Latihan Kerja (BLK) yang juga memiliki jurusan las.

"Alumninya bisa mengatasi beberapa proyek sulit baik di tengah laut misalnya di Karimun maupun proyek di kincir angin dengan ketinggian 80 meter bisa dikerjakan tenaga pengelas dari kita. Ini mungkin fenomena gunung es kita minta bukan hanya di proyek kereta cepat tapi juga seluruh proyek nasional semangat utamanya mengutamakan tenaga kerja Indonesia," ujarnya.

3. Bappenas sebut KCIC datangkan tukang las dari China yang punya keahlian khusus

IDN Times/Hana Adi Perdana
IDN Times/Hana Adi Perdana

Sebelumnya, ramai pembahasan terkait tukang las untuk proyek KCJB didatangkan dari China. Hal itu diungkapkan oleh Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Pungky Sumadi dalam rapat Panitia Kerja (Panja) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (8/2) lalu.

"Kami sempat mengunjungi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, itu awalnya agak membingungkan pada saat kami melihat misalnya tukang las untuk rel itu ternyata masih harus dari China kita datangkan," tutur Pungky.

Namun, menurut Pungky, tukang las tersebut memiliki keahlian khusus dalam menangani besi-besi untuk rel proyek KCJB, sehingga didatangkan dari China.

"Setelah kami diskusi dengan mereka, ternyata rel yang ada, itu adalah rel yang kualitasnya sangat tinggi, tingkat kepadatan dan campuran besinya, dan itu belum mampu diproduksi oleh Krakatau Steel misalnya. Panjangnya pun 1 batang itu sekitar 50 meter yang kita pun belum bisa membuatnya. Untuk itu membutuhkan teknik pengelasan dan alat-alat berkualitas tinggi, yang memang kita belum miliki," kata Pungky.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us