Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tunggu Data Cadev, Rupiah Dibuka Melemah ke Rp15.130 per Dolar AS

Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah melemah ke Rp15.130 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Jumat (7/7/2023). 

Mengutip Bloomberg, rupiah mengalami pelemahan hingga 74 poin atau 0,49 persen. Pelemahan ini lebih dalam dibandingkan pada penutupan perdagangan Kamis (6/7/2023), yakni sebesar Rp15.056 per dolar AS. 

1. Rupiah masih berpotensi melemah

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan, laju rupiah hari ini berpeluang mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pelemahan ini didorong oleh faktor data ekonomi AS yang di rilis pada Kamis dini hari yang menunjukkan data tenaga kerja dan data PMI sektor jasa naik di atas ekspektasi pasar. 

"Rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS. Potensi pelemahan rupiah ke arah Rp15.080 hingga Rp15.100 per dolar AS, dengan potensi support sekitar Rp15.030 per dolar AS," ucapnya kepada IDN Times, Jumat (7/7/2023). 

2. Rilis data cadev bisa pengaruhi rupiah

Ariston menjelaskan, data ekonomi AS yang membaik ini mendukung ekspektasi kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS sehingga mendukung penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.

Sementara itu, faktor sentimen dari dalam negeri yang dapat mempengaruhi rupiah adalah rilis data cadangan devisa (cadev) bulan Juni yang akan dirilis Bank Indonesia hari ini. Diketahui, cadev bulan Mei adalah 139,3 miliar dolar AS. 

"Dari dalam negeri, data cadev bulan Juni mungkin bisa mempengaruhi rupiah. Bila mengalami kenaikan dari sebelumnya, bisa membantu menahan pelemahan rupiah," ucapnya.

3. Kebijakan The Fed masih pengaruhi rupiah

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah ke depan. Sebab, pasar masih memperhatikan arah suku bunga The Fed serta potensi kenaikannnya hingga akhir tahun. 

"Rupiah masih berpotensi melemah karena sinyal, bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan. Makanya imbal hasil surat utang AS mengalami kenaikan," ucapnya. 

Menurutnya, dua faktor ini menyebabkan rupiah melemah, bahkan sisi bond market juga terpengaruh sentimen ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us