Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Virus Corona Ganggu Wall Street Hingga Yuan, Ini Kata Sri Mulyani

Seorang anggota tim penyelamat berjalan melewati sebuah pengumuman tentang Coronavirus baru telah menyebar di Tiongkok, di sebuah rumah sakit di mana seorang perempuan warga Tiongkok, yang terbang dari Wuhan, Tiongkok, dan telah dikonfirmasi sebagai kasus pertama Coronavirus baru, di isolasi, di Incheon, Korea Selatan, pada 20 Januari 2020. ANTARA FOTO/Yonhap via REUTERS

Jakarta, IDN Times - Virus corona (coronavirus) tengah menjadi perhatian dunia saat ini. Virus yang pertama kali ditemukan di Tiongkok ini dikhawatirkan bakal mengganggu stabilitas perekonomian. Bahkan bursa Wall Street dan mata uang Tiongkok, Yuan, mulai 'terjangkit' virus ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi masuknya virus-virus tersebut.

"Bahkan langkah di airport dan berbagai rumah sakit dan lembaga termasuk industri yang berhubungan dengan virus dan kesehatan lain. Kami terus berkoordinasi," ujarnya di Kementerian Keuangan, Rabu (22/1).

1. Awasi dampaknya yang bisa berpotensi seperti SARS

Para penumpang memakai masker terlihat di ruang tunggu untuk kereta menuju Wuhan di Stasiun Kereta Api Beijing Barat, menjelang Tahun Baru Imlek di Beijing, Tiongkok, pada 20 Januari 2020. (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer)

Sri Mulyani menambahkan, pihaknya tetap waspada terhadap dampak yang bakal dibawa virus tersebut. Virus corona bukan tidak mungkin mengganggu perekonomian.

"Kita harus melihat dari sisi regional global karena menyangkut hal yang mungkin muncul lebih banyak yang bisa tertransmisikan sama seperti SARS atau H1N1. Potensi ini yang kita lihat dampaknya," kata dia.

2. Yuan dan saham global berguguran

Ilustrasi memantau pergerakan saham. ANTARA FOTO/Reno Esnir

Penyebaran virus corona di Tiongkok rupa-rupanya mengurangi selera terhadap aset-aset berisiko. Tiongkok melaporkan kematian keempat akibat virus corona ketika jumlah kasusnya terus meningkat. Sementara pejabat AS juga mengonfirmasi kasus virus AS pertama pada Selasa kemarin (21/1).

Selain itu, saham-saham global jatuh ketika wabah itu menghidupkan kembali ingatan akan sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) pada 2002-2003, virus pernafasan lain yang merebak di Tiongkok dan menewaskan hampir 800 orang dalam pandemi global.

"Anda mendapat yen yang lebih kuat, franc Swiss yang lebih kuat, dan penghindaran risiko mulai terjadi di semua hal," kata Kit Juckes, seorang analis di Societe Generale seperti dikutip dari Antara.

3. Perdagangan dan pariwisata Tiongkok ikut merosot

Pixabay.com/maklay62

Dolar AS terakhir naik 0,60 persen terhadap yuan di perdagangan offshore atau luar negeri di 6,9073 per dolar AS. Mata uang yang terkait dengan perdagangan dan pariwisata Tiongkok juga ikut terseret turun. Dolar Australia jatuh ke level terendah dalam lebih dari sebulan di 0,6842 dolar AS. Dolar AS melemah 0,35 persen terhadap mata uang safe-haven yen Jepang menjadi 109,79 yen per dolar AS.

Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), juga sebelumnya mendorong perkiraan pertumbuhan ekonominya dan sangat optimistis tentang prospek global, meskipun pihaknya mengatakan risiko yang sedang berlangsung berarti terlalu jauh untuk mempertimbangkan mengurangi program stimulus besar-besaran.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
Hana Adi Perdana
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us