Wah, 23 Juta Jenis Pekerjaan Bakal Hilang dalam 10 Tahun

Jakarta, IDN Times - Indonesia diprediksi bakal kehilangan 23 juta jenis pekerjaan dalam 10 tahun ke depan. Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemnaker, Bambang Satrio Lelono mengutip kajian Mc Kinsey & Company pada 2019. Menurut dia, hilangnya berbagai pekerjaan itu imbas teknologi yang menggantikan peran manusia.
"Namun, karena adanya adopsi otomatisasi, lapangan pekerjaan yang tumbuh juga lebih banyak lagi, diperkirakan 27 sampai 46 juta jenis pekerjaan baru," ungkap Bambang dalam diskusi virtual, Senin (3/5/2021).
1. Banyak jenis pekerjaan baru, tapi juga butuh skill mumpuni

Kendati ada banyak pekerjaan baru, kata Bambang, hal itu menjadi masalah tersendiri. Sebab, dibutuhkan kompetensi-kompetensi yang baru.
"Inilah yang harus kita siapkan untuk menangani masalah ketenagakerjaan yang sedemikian rumit dan berkembang. Mau tidak mau, kita harus memanfaatkan teknologi digital," ujarnya.
2. Perlu ekosistem ketenagakerjaan yang fleksibel

Menurut Bambang, pemerintah perlu menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang fleksibel dan kondusif. Ke depan, akan ada banyak perubahan di dunia kerja.
"Dunia kerja sekarang banyak yang fleksibel sehingga peraturan Ketenagakerjaan juga harus fleksibel," kata dia.
Selain itu, tantangan selanjutnya adalah menghadapi revolusi industri. Hal itu ditandai oleh perkembangan teknologi secara pesat, khususnya teknologi digital.
"Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kecepatan perubahan yang eksponensial luar biasa. Kalau generasi kesatu, dua, tiga, kecepatannya linear," jelasnya.
3. Perlu transformasi pasar kerja melalui teknologi digital

Bambang mengatakan, revolusi industri generasi keempat berdampak signifikan terhadap ekosistem industri. Selain itu, proses bisnis juga berubah dan berimplikasi terhadap karakter pekerjaan sehingga jenis-jenis keterampilan yang dibutuhkan pun berubah.
"Tantangan ini harus diantisipasi melalui transformasi pasar kerja dengan memanfaatkan teknologi digital, mempertimbangkan perubahan iklim bisnis dan industri," ujar Bambang.