Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Work from Bali Diharapkan Jadi Kebangkitan Perekonomian Pulau Dewata

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani)

Jakarta, IDN Times – Pemerintah Provinsi Bali menyambut baik program “Work from Bali” yang didukung Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves).

Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa mengatakan berharap dengan hadirnya program Work from Bali, maka perekonomian Bali bisa bangkit lagi.

“Saya kira ini adalah sebagai salah satu di dalam kita survival sebetulnya. Kalau memulihkan itu cukup berat karena pandemi COVID ini memang membatasi orang-orang untuk bepergian ya. Pesawat-pesawat juga parkir semua sehingga untuk memulihkan 17,5 juta wisatawan yang ke Bali, tentu pekerjaan yang sangat berat,” kata Putu Astawa dalam konferensi pers virtual pada Sabtu (22/5/2021).

Putu menilai kebijakan Work from Bali yang digagas Menko Luhut Binsar Pandjaitan ini sangat melegakan.

“Walaupun kontribusinya tidak seperti normal, tapi bagi kami akan bisa menumbuhkan semangat ataupun optimisme dari rekan-rekan kami di pariwisata untuk tidak menjadi frustasi,” ucapnya.

1. Ekonomi Bali bisa terus minus sampai akhir tahun

Ribuan wisatawan lokal memadati Pantai Kuta, Bali sejak hari pertama Idul Fitri. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/hp.)

Sebagai wilayah yang perekonomiannya bergantung pada sektor pariwisata, Bali menjadi salah satu yang terdampak COVID-19 paling parah di Indonesia. Bahkan menurut Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Bali Trisno Nugroho, ekonomi Bali masih akan minus hingga akhir tahun ini jika pemerintah pusat dan daerah tidak melakukan apa-apa.

“Kalau ini terus didiamkan, proyeksi kami sampai akhir tahun 2021 itu kemungkinan pertumbuhan ekonomi Bali bisa juga ada bias ke bawah untuk terjadi kontraksi. Padahal pulau-pulau lain sudah mulai positif,” tutur Trisno dalam acara yang sama.

Menurut data pertumbuhan ekonomi kuartal 1 (Q1) per provinsi Bank Indonesia, ekonomi Bali tercatat tumbuh minus 9,85 persen di Q1 2021.

2. Bali berkontribusi besar untuk perekonomian nasional

IDN Times/Diantari Putri

Menurut penjelasan Putu, sebelum pandemik COVID-19 mewabah, Bali memiliki peran penting dalam pariwisata Indonesia, di mana pulau ini menjadi pintu gerbang utama pariwisata Indonesia. Sementara dalam hal ekonomi, dalam kondisi normal Bali cukup memberikan kontribusi yang sangat signifikan.

“Seperti kontribusi terhadap devisa, demikian juga kontribusi dari jumlah kunjungan wisatawan. Ini Bali sangat berkontribusi yang sangat besar,” jelasnya.

“Kalau kita angkakan dari segi devisa itu tidak kurang dari 41 persen kontribusi devisa kita terhadap nasional. Sedangkan kalau dari jumlah kunjungan, hampir 40 persen ya wisatawan mancanegara kita itu disupport dari Bali,” lanjutnya.

Selain itu, ia juga menyebut bahwa pariwisata juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam menampung jumlah tenaga kerja. Di mana terdapat jutaan tenaga kerja yang terlibat di sektor pariwisata, dan mereka tidak hanya berasal dari Bali saja.

“Jadi juga banyak menyediakan lapangan pekerjaan dari berbagai daerah di Indonesia. Jadi boleh dikatakan Bali juga menjadi hub untuk sektor penyediaan lapangan pekerjaan bagi sahabat-sahabat kita dari berbagai daerah di Indonesia,” terangnya. “Namun akibat pandemik COVID-19 ini, itu dampaknya adalah lumpuhnya pariwisata Bali.”

3. Bali terdampak parah oleh COVID-19

Ilustrasi pegawai hotel melayani tamu turis asing. (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Putu mengatakan dampak pandemik COVID-19 pada ekonomi Bali menyebar ke hampir semua lapisan bisnis, mulai dari sepinya penerbangan hingga berkurang drastisnya jumlah pengunjung di berbagai destinasi wisatanya, seperti Seminyak dan Kuta.

“Menyedihkan sekali kondisinya akibat lumpuhnya pariwisata dari pandemik COVID-19 ini,” kata Putu.

“Demikian juga para UMKM kita itu juga berpengaruh omzet penjualannya. Produk-produk pertanian juga tidak laku malah cenderung terjadi deflasi ya. Juga industri kerajinan rakyat kita juga mengalami penurunan omzet yang cukup tajam,” lanjutnya.

Akibat penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali, pendapatan asli daerah (PAD), pajak hotel dan restoran dari kabupaten-kota seluruh Bali juga terdampak.

“Sudah jelas menurunkan kinerja pendapatan domestik regional bruto kita sehingga kontraksi ekonomi yang dijelaskan oleh Pak Trisno itu betul-betul tidak ada perputaran uang,” katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Dwifantya Aquina
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us