3 Saham Milik Chairul Tanjung, Portofolio Publik yang Menarik

- PT Bank Mega Tbk (MEGA) merupakan saham milik Chairul Tanjung yang paling dikenal di bursa, dengan harga terkini sekitar Rp3.310 per saham dan kapitalisasi pasar sekitar Rp38,5 triliun.
- PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) adalah bank digital yang masuk dalam portofolio CT Corp, dengan jumlah saham beredar sekitar 21,73 miliar lembar dan kinerja saham cukup impresif di 2025.
- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memiliki kepemilikan lewat entitas PT Trans Airways dengan porsi saham 28,26 persen dalam modal ditempatkan dan disetor serta kinerja saham menunjukkan kenaikan sekitar 62,69 persen di tahun 2025
Kamu mungkin sudah sering mendengar nama Chairul Tanjung, sosok konglomerat Indonesia yang membangun CT Corp dari nol. Nah, ketika membahas saham milik Chairul Tanjung, kamu akan melihat beberapa perusahaan publik yang berada di bawah kendalinya atau afiliasinya, meski gak semua bisnisnya tercatat di bursa.
Setidaknya ada tiga bidang utama bisnis yang telah mencatatkan saham publik, termasuk IPO, jumlah saham beredar, harga terkini, kapitalisasi pasar, kepemilikan, serta kinerja saham pada tahun 2025 hingga saat ini. Sebelum itu, perlu diingat bahwa portofolio saham milik Chairul Tanjung bersifat dinamis yang mudah berubah. Jadi, gunakan informasi ini sebagai referensi awal, bukan saran investasi mutlak, ya.
1. Bidang Jasa Keuangan: PT Bank Mega Tbk (MEGA)

Salah satu saham milik Chairul Tanjung yang paling dikenal di bursa adalah Bank Mega, yang bernaung di bawah CT Corp melalui sub-holding keuangannya. Bank Mega berfungsi sebagai tulang punggung keuangan dari grup bisnisnya, sehingga sangat relevan untuk dibahas.
Bank Mega melakukan IPO pada 2000 dengan harga penawaran sekitar Rp1.200 per saham. Saat ini, jumlah saham beredar tercatat sekitar 11,62 miliar lembar. Harga terakhir yang dilaporkan sekitar Rp3.310 per saham. Dengan harga tersebut, berarti kapitalisasi pasar berada di kisaran Rp38,5 triliun (untuk menghitung: 11,62 miliar × Rp3.310 ≈ Rp38,5 triliun).
Mengenai kepemilikan, Bank Mega dikuasai oleh PT Mega Corpora yang merupakan bagian dari CT Corp. Kinerja saham di 2025 menunjukkan adanya fluktuasi. Sejak awal 2025, harga saham MEGA anjlok 20,24 persen. Namun, sebulan terakhir harganya bergerak positif dengan kenaikan tipis 2,48 persen. Karena itu, jika kamu mempertimbangkan saham ini, penting untuk memperhatikan kondisi makro perbankan, kredit bermasalah, dan suku bunga.
2. Bidang Bank Digital: PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI)

Selain perbankan konvensional, saham milik Chairul Tanjung juga mencakup perusahaan bank digital, yakni Allo Bank. Bank ini masuk dalam portofolio CT Corp melalui Mega Corpora, dan mencerminkan arah grup yang ingin mengejar digitalisasi keuangan.
Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa Allo Bank tercatat di bursa dan memiliki jumlah saham beredar sekitar 21,73 miliar lembar. Harga terakhir dilaporkan Rp1.490 per saham. Dengan demikian, kapitalisasi pasarnya kira-kira Rp32 triliun (21,73 miliar × Rp1.490). Kepemilikan oleh Chairul Tanjung lewat Mega Corpora disebut sekitar 60,88 persen.
Kinerja saham BBHI di 2025 cukup impresif, disebutkan mengalami kenaikan hingga 100 persen sejak awal tahun, dan dalam enam bulan terakhir naik sekitar 146,28 persen. Ini menunjukkan tren pertumbuhan yang tinggi, namun tingkat risikonya juga relatif besar (karena bank digital masih menampilkan volatilitas lebih tinggi), lho. Jadi, jika kamu suka saham dengan prospek pertumbuhan agresif, bidang ini bisa dicoba.
3. Bidang Transportasi Udara: PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)

Bidang ketiga yang akan diulas adalah Garuda Indonesia, meski kepemilikan dan kondisi perusahaan ini sedikit lebih kompleks dibandingkan dua sebelumnya. Garuda merupakan maskapai nasional yang beberapa waktu terdampak besar pandemi dan restrukturisasi.
Kepemilikan disebutkan lewat entitas PT Trans Airways (afiliasi CT) dengan porsi saham 28,26 persen dalam modal ditempatkan dan disetor. Harga saham yang tercatat terakhir sekitar Rp 88 per lembar dalam suatu laporan. Kapitalisasi pasar diperkirakan di kisaran Rp8 triliun (menurut laporan) untuk harga dan jumlah saham yang relatif kecil. Kinerja saham GIAA di tahun 2025 menunjukkan kenaikan sekitar 62,69 persen sejak awal tahun dari harga kisaran Rp50 per saham.
Namun, perlu diingat bahwa saham Garuda menghadapi risiko besar karena adanya utang yang tinggi, restrukturisasi, dan intervensi pemerintah membuat kondisi menjadi kurang stabil. Jika kamu mempertimbangkan untuk “ikut” dalam saham milik Chairul Tanjung via Garuda, maka harus siap untuk volatilitas dan likuiditas yang lebih tinggi.
Kini kamu sudah mendapatkan gambaran bagaimana saham milik Chairul Tanjung tersebar di sektor-sektor berbeda, kan. Setiap sektor punya karakter yang khas, yaitu stabilitas relatif tinggi tapi pertumbuhan moderat untuk perbankan konvensional, pertumbuhan agresif tapi risiko besar untuk bank digital, dan potensi pemulihan tapi risiko tinggi untuk maskapai penerbangan.
Kalau kamu tertarik untuk mengeksplor lebih dalam, perhatikan laporan keuangan terbaru, integrasi bisnis masing-masing emiten dengan ekosistem CT Corp, serta tren makro seperti suku bunga, digitalisasi, dan pemulihan sektor pariwisata, ya. Semoga artikel ini membantu kamu memahami lebih jelas tentang portofolio saham milik Chairul Tanjung.


















