Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara Teknologi Digital Merusak Keseimbangan Finansial, Waspada!

ilustrasi memegang smartphone (pexels.com/Alex Ugolkov)

Membangun keseimbangan finansial di usia muda penuh dengan tantangan. Kita tidak hanya dihadapkan dengan lingkungan yang memiliki gaya hidup hedon. Terkadang keberadaan teknologi digital juga menghadirkan pola pikir serta kebiasaan yang baru.

Ternyata, teknologi digital justru menjadi salah satu penyebab utama yang merusak keseimbangan finansial. Kita memiliki pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan. Belum lagi dengan anggaran keuangan yang tidak jelas. Bagaimana cara teknologi digital merusak keseimbangan finansial? Berikut penjelasannya lebih lanjut.

1. Kemudahan dalam berutang untuk hal-hal yang konsumtif

ilustrasi mengatur uang (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kehadiran teknologi digital memang mempermudah kehidupan. Kita dimanjakan dengan fasilitas yang praktis dan instan. Ternyata kehadiran teknologi digital tidak selalu membawa dampak positif. Terkadang kita justru di hadapkan dengan sisi negatif yang turut mewarnai. Terutama, kehadiran teknologi digital yang dapat merusak keseimbangan finansial generasi muda.

Bagi kamu pengguna smartphone, tentu sudah tidak asing lagi dengan layanan pinjaman online. Kita memiliki kemudahan dalam hal berutang yang bersifat konsumtif. Dengan kemudahan mendapatkan pinjaman melalui aplikasi keuangan atau layanan fintech, banyak generasi muda yang terjebak dalam utang. Meskipun pinjaman ini tampak mudah diakses dan cepat, bunga yang tinggi atau biaya tersembunyi bisa memperburuk situasi finansial.

2. Ketergantungan pada lifestyle hedon

ilustrasi gaya hidup hedon (pexels.com/Denys Gromov)

Bagi generasi muda, seringkali mereka menginginkan validasi dari lingkungan sekitar. Tidak heran selalu berusaha mengikuti tren-tren terbaru. Terutama berkaitan dengan gaya hidup hedon dan mewah. Mereka menganggap memiliki gaya hidup demikian merupakan cerminan dari kesuksesan. Bahkan, berlomba-lomba menampilkan lifestyle hedon di media sosial.

Mungkin terlihat sebagai fenomena yang wajar terjadi. Namun, jika kita mengamati lebih detail, ternyata ini menjadi cara teknologi digital yang merusak keseimbangan finansial. Pengaruh sosial media membuat banyak generasi muda merasa harus mengikuti gaya hidup tertentu. Termasuk tren belanja dan traveling, yang bisa mendorong mereka untuk menghabiskan lebih banyak uang daripada yang mereka mampu.

3. Godaan iklan dan promo-promo menarik

ilustrasi promo (pexels.com/Max Fischer)

Kita bisa mengamati fenomena menarik dari perkembangan teknologi digital yang berlangsung dengan pesat. Setiap orang bisa dengan mudah mengakses informasi dari berbagai macam sumber. Seringkali media digital menampilkan iklan dan promo-promo menarik. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita generasi muda yang sedang membangun keseimbangan finansial.

Godaan iklan dan promo-promo menarik pada akhirnya mendorong pengeluaran yang lebih besar. Secara tidak langsung kita terjebak dalam kebiasaan belanja impulsif. Beragam iklan dapat mendorong pembelian barang atau layanan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Kondisi ini mengarah pada pengeluaran yang lebih besar daripada yang direncanakan.

4. Akses berbelanja yang semakin mudah

ilustrasi belanja banyak barang (pexels.com/Gustavo Fring)

Sebenarnya boleh-boleh saja kita memanfaatkan teknologi digital. Namun, di satu sisi juga harus mewaspadai dampak buruk yang mungkin muncul. Ternyata, teknologi digital berpotensi merusak keseimbangan finansial generasi muda. Tidak menutup kemungkinan kondisi keuangan lebih besar pasak daripada tiang.

Bagaimana mungkin kondisi ini bisa terjadi? Perlu diketahui, teknologi digital menyajikan akses berbelanja yang semakin mudah. Kita dapat dengan mudah menginstal dan menggunakan aplikasi belanja online. Kemudahan ini membuat beberapa orang tidak mampu mengendalikan kebiasaan konsumtif. Mereka membeli barang hanya untuk memperoleh kepuasan sesaat.

Kita harus terbuka dengan fakta bahwa teknologi digital merusak keseimbangan finansial. Terutama kebudayaan dalam berutang untuk akhlak yang konsumtif. Belum lagi media sosial juga menghadirkan ketergantungan pada lifestyle yang dianggap menarik. Mengetahui kondisi tersebut, perlu kita harus lebih bijaksana lagi dalam menggunakan teknologi digital. Bukan hanya sekedar mengikuti tren dan arus sesaat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us