5 Cara Dapat Passive Income Rp10 Juta/Bulan

Intinya sih...
- Dividen saham bisa jadi penghasilan tambahan tanpa kerja lembur, dengan strategi tepat bisa dapat Rp10 juta per bulan dari bagi hasil perusahaan.
- Pilih saham dengan yield tinggi dan konsisten bagi dividen, hindari saham spekulatif dengan yield tinggi tapi tidak konsisten.
- Diversifikasi portofolio ke 10-15 saham dari berbagai sektor, perhatikan payout ratio, dan reinvest dividen untuk pertumbuhan portofolio.
Pernah kepikiran gak buat punya penghasilan tambahan tanpa harus kerja lembur tiap hari? Salah satu cara paling efektif adalah lewat dividen saham, uang yang dibayarkan perusahaan ke pemegang saham secara rutin. Bayangin aja, dengan strategi yang tepat, bisa dapet Rp10 juta per bulan cuma dari bagi hasil perusahaan. Gak perlu jadi trader handal, yang penting paham saham mana yang konsisten bagi dividen dan bagaimana mengelola portofolio dengan cerdas.
Tapi jangan salah, gak semua saham bisa jadi mesin passive income. Ada trik khusus supaya bisa dapat dividen besar tanpa takut harganya anjlok. Artikel ini bakal bocorin strategi rahasia milik investor seasoned, mulai dari memilih emiten berkualitas, timing beli yang tepat, hingga cara reinvest agar dividen makin gede. Siap buat jadi pemilik saham yang dicintai perusahaan karena rajin bagi cuan? Yuk, simak!
1. Pilih saham dengan dividen yield tinggi dan konsisten
Kalau mau dapat passive income Rp10 juta/bulan, dividen yield adalah kuncinya. Saham dengan yield tinggi (biasanya di atas 5%) dan konsisten membagikan dividen selama bertahun-tahun adalah pilihan terbaik. Contohnya seperti bank BUMN, emiten consumer goods, atau perusahaan infrastruktur yang bisnisnya stabil. Jangan tergiur saham gorengan yang yield-nya tinggi tapi cuma sekali bagi dividen, terus tahun depannya malah rugi.
Selain yield, perhatikan juga payout ratio, persentase laba yang dibagikan sebagai dividen. Kalau terlalu tinggi (di atas 80%), bisa jadi perusahaan gak punya cukup dana untuk ekspansi, yang akhirnya bikin harga saham stagnan. Idealnya, pilih perusahaan dengan payout ratio 30-70% sehingga masih ada ruang untuk pertumbuhan. Beberapa contoh saham yang konsisten bagi dividen adalah BBCA, UNVR, dan TLKM.
2. Beli di harga yang tepat sebelum cum date
Dividen gak bakal jatuh dari langit kalau beli sahamnya asal-asalan. Salah satu triknya adalah beli sebelum cum date, tanggal di mana pemegang saham berhak dapat dividen. Biasanya, harga saham bakal naik sebelum tanggal ini dan turun setelah ex-dividend date karena investor jual setelah dapat jatah dividen. Jadi, timing beli harus pas supaya gak ketipu harga mahal.
Selain itu, hindari beli saham hanya karena mau bagi dividen. Cek dulu fundamental perusahaan, apakah labanya tumbuh, utangnya terkendali, dan prospek bisnisnya masih bagus. Kalau perusahaan lagi ada masalah, dividen tahun depan bisa dipotong atau bahkan dihapus. Jadi, jangan cuma fokus ke yield, tapi juga ke kesehatan perusahaan biar investasi gak jadi boomerang.
3. Diversifikasi ke beberapa emiten untuk minimalkan risiko
Nargetin Rp10 juta/bulan dari dividen artinya harus punya portofolio besar dan tersebar. Jangan taruh semua modal di satu saham, karena kalau perusahaan tiba-tiba cut dividen, passive income langsung anjlok. Idealnya, alokasikan dana ke 10-15 saham dari berbagai sektor seperti perbankan, konsumer, energi, dan infrastruktur, biar risikonya terbagi.
Selain diversifikasi saham, perhatikan juga jadwal pembagian dividen. Beberapa perusahaan bagi dividen tiap kuartal (seperti ADRO), sedangkan kebanyakan setahun sekali. Dengan menyusun portofolio yang dividennya dibagi di bulan berbeda, passive income bisa lebih stabil sepanjang tahun. Jadi, gak perlu nunggu setahun sekali buat dapet cuan, tapi bisa drip income tiap beberapa bulan.
4. Reinvest dividen untuk pertumbuhan portofolio lebih cepat
Salah satu rahasia investor kawakan adalah gak langsung menghabiskan dividennya, tapi diputar lagi ke saham berkualitas. Dengan strategi compounding, dividen yang diterima dibelikan saham lagi, sehingga tahun berikutnya jumlah dividen yang didapat makin besar. Bayangin kalau Rp10 juta/bulan di-reinvest, dalam 5-10 tahun portofolio bisa berkembang pesat tanpa perlu nyetor modal tambahan.
Tapi, reinvest harus selektif. Jangan asal beli saham hanya karena lagi tren. Lebih baik tambah porsi saham yang sudah terbukti konsisten bagi dividen dan harganya stabil. Atau, kalau ada kesempatan beli saham blue-chip lagi turun, manfaatkan momen itu untuk average down biar yield-nya makin tinggi. Dengan disiplin reinvest, target Rp10 juta/bulan bisa tercapai lebih cepat dari perkiraan.
5. Manfaatkan fasilitas DRIP (Dividend Reinvestment Plan) untuk efisiensi
Beberapa emiten seperti BBRI dan BMRI punya program DRIP (Dividend Reinvestment Plan), di mana pemegang saham bisa otomatis menukar dividennya dengan saham baru, biasanya tanpa biaya transaksi dan kadang dapat harga diskon. Ini jadi cara efisien buat nambah jumlah lot saham tanpa harus keluar biaya brokerage. Cocok banget buat yang pengin portofolio berkembang secara otomatis.
Tapi, gak semua perusahaan nyediain DRIP, jadi harus rajin cek pengumuman atau tanya ke sekuritas. Kalau emiten favorit gak ada program ini, tetap bisa reinvest secara manual, beli saham pakai dividen yang udah diterima. Yang penting, jangan sampai dividen ngendap di rekening terlalu lama, karena uang idle berarti kehilangan potensi cuan.
Membangun passive income Rp10 juta/bulan dari dividen saham bukan mimpi kalau dilakukan dengan strategi tepat. Kuncinya adalah pilih saham berkualitas, beli di harga wajar, diversifikasi, dan reinvest secara konsisten. Gak perlu terburu-buru, karena dividen investing adalah permainan kesabaran dan disiplin.
Mulailah dengan modal kecil, pelan-pelan tambah porsi investasi, dan manfaatkan compounding biar cuannya makin berbunga. Yang paling penting, jangan mudah tergoda saham spekulatif, fokuslah pada perusahaan dengan fundamental kuat dan track record bagi dividen yang konsisten.