Di Tengah Pandemik, Transaksi Digital Maybank Naik 130 Persen

Jakarta, IDN Times - Transaksi digital Maybank naik 130 persen selama pandemik COVID-19. Menurut Head, Digital Banking Product & Strategy, Maybank Indonesia Ditto Prabowo, mobile banking Maybank2u (M2U) telah diunduh lebih dari 900 ribu kali sejak diluncurkan.
"Sebanyak 90 persen nasabah sudah migrasi ke M2U. Kami akan terus menawarkan fitur-fitur baru, yang tadinya hanya pembukaan rekening kini fitur financial management," jelas Ditto dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/9/2020).
1. Aplikasi M2U dilengkapi empat fitur

Ditto menjelaskan, aplikasi M2U kini dilengkapi empat fitur. Di antaranya management financial portofolio yang memungkinkan nasabah untuk membuka tabungan, deposito, kartu kredit, hingga pengajuan kredit.
Kemudian, ada layanan 24/7 payment yang mempermudah nasabah dalam melakukan pembayaran beragam tagihan seperti listrik, telepon, dan lain-lain. M2U juga menyediakan fitur save and investasi yang akan membantu nasabah melakukan perencanaan keuangan, misalnya untuk DP rumah atau biaya sekolah anak.
"Terakhir ada fitur lifestyle. Nasabah bisa melakukan pembayaran belanja di e-commerce, top up e-wallet, pembayaran cashless lewat QR pay," jelasnya.
2. Fitur MyPlan membantu nasabah mengatur rencana keuangan
.jpg)
Ditto menambahkan, dalam aplikasi M2U juga tersedia fitur MyPlan untuk membantu nasabah mencapai tujuan keuangan. Misalnya, nasabah dapat membuka deposito secara online dengan setoran minimal Rp10 juta. Selain konvensional, MayBank juga menyediakan layanan syariah.
"Ada juga fitur block unblock credit card. Jadi nasabah bisa memblock kartu kredit tanpa perlu telepon call center. Bisa juga buat atur keuangan, misal kalau tagihan transaksi mulai banyak, kita bisa rem dengan block credit card secara temporary," ungkapnya.
3. Waspadai ancaman peretasan akun perbankan nasabah

Meski demikian, nasabah perlu berhati-hati terhadap ancaman peretasan akun.Head, Strategy, Transformation & Digital Office Maybank Michel Hamilton mengatakan, ada beberapa pola untuk meretas akun nasabah.
"Misalnya phishing, ada website mengatasnamakan official bank, malware yang masuk laptop atau handphone nasabah, ada pula nomor nasabah yang dipaksa tidak diaktifkan dan sim card mereka di-takeover. Ini yang harus kita waspadai," ungkapnya.
Apalagi, katanya, volume transaksi digital di Indonesia terus meningkat. Di tingkat Asia, Indonesia urutan nomor dua yang paling antusias untuk mengadopsi digital banking dibanding negara lain.
"Tentu solusi yang kami tawarkan selalu menekankan prinsip kehati-hatian dan juga security, kemampuan menjaga informasi data nasabah saat mereka bertransaksi," katanya.